"Masak ikan apa, Bu?" Tanyaku pada Ibu. Ibuku tak menjawab. Mungkin Ia tak mendengarku. Maklum, rumah kami yang berada di pinggiran jalan utama memang cukup bising. "Ikan bolu" jawab adikku singkat. "Yes" gumamku. Ibuku memang yang terbaik. Ia sudah tahu betul kalau anaknya ini sangat suka sekali makan ikan bolu, apalagi jika diolah pallukacci. Hmm. Lezatnya mengalahkan kari ayam. Aku sedikit membayangkan ikan bolu pallukacci sampai aku akhirnya sadar kalau aku sedang berpuasa.
Beduk akhirnya tiba. Adzan maghrib mengalun indah. Alhamdulillah, dan ini saatnya menyantap habis olahan bolu pallukacci ibu. Aku mengambil kuah pallukacci dan memindahkannya di piring kecilku. Kutambahkan dua biji cabe merah dan juga mentimun (bonte) ke dalamnya. Kubiarkan timunnya terendam agar kuah pallukaccinya meresap. Bissmillahirrahmanirrahim, hap. Nasi, sedikit potongan daging ikan bolu (bandeng) dan mentimun plus potongan cabe dan kangkung tumis. Nyesss. Puas sekali rasanya. Pedas dan rasa asam manis bercampur. Nikmat sekali. Tambah nikmat lagi karena sudah seminggu lebih aku tak pernah mencicipi olahan Makassar. Tak terasa sepiring nasi dan dua potong ikan bolu habis kulahap. Aahhh, nikmat sekali. Bahagia rasanya bisa mencicipi masakan ibu.
Tulisan ini diikutkan dalam tantangan kelas menulis Sigi Makassar #SigiMenulisRamadhan. Baca tulisan ketjeh teman lainnya di:
* nuralmarwah.com
* bukanamnesia.blogspot.com
* nurrahmahs.wordpress.com
* rahmianarahman.blogspot.com
* kyuuisme.wordpress.com
* inanovita.blogspot.com
* rancaaspar.wordpress.com
* inditriyani.wordpress.com
* uuswatunhasanah.tumblr.com
*begooottt.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar