Jumat, 09 Mei 2014

Bolehkan aku mati hari ini?


Saat pertanyaan " bolehkah aku mati hari ini?" Menyeruak dalam penatnya pikiranku.

Ah...

Aku tidak baik-baik saja sepertinya.

Bom meletus lagi dikepala dan hatiku. Membuat pikiran ku semakin ribet tak terkira. Hatiku? Jangan lagi kau tanya. Hatiku sesak sekarang. Tak punya lagi tempat untukku bernafas. Ia mencekikku.

Ah..
Aku tidak baik-baik saja sepertinya.

Kepalaku berat sekali. Sepertinya sakit kepala sebelah mulai mendatangiku. Bom itu cukup keras menghantam hati dan pikiranku. Aku kalah. Lagi-lagi masih kalah terhadap keadaanku.

Ah...
Aku tidak baik-baik saja sepertinya.

Dan aku benar-benar tidak baik-baik saja.
Iya. Aku tidak baik. Tidak dalam kondisi baik. Aku rusak dibagian dalam. Aku terlalu rapuh didalam. Sekali hantaman, aku hancur.

Ah...
Aku benar-benar tidak dalam kondisi baik.
Aku sakit, bahkan saat tubuhku sedang fit.
Aku rapuh, bahkan saat senyum masih saja setia bersamaku.

Aku, tidak baik-baik saja.

Jadi, Bolehkah aku meminta untuk mati hari ini?

Jumat, 02 Mei 2014

Pikiranku



Anjing milik tetangga sebelah menyalak lagi. Ntah untuk keberapa kalinya malam ini. Gonggongannya bersahutan dengan deru mesin kendaraan yang lewat,  membantuku semakin terhanyut dalam pikiran tak tentu. Ntah.. untuk keberapa kalinya. Pikiranku melayang jauh. Memikirkan banyak hal yang bahkan alam sadarku sendiri tak tahu apa yang sedang kupikirkan. 

Menjejakinya satu demi satu sangatlah melelahkan. Apalagi dengan kondisiku yang seperti ini, tentu semakin menambah kelelahan.
Satu yang kutahu dari setumpuk pikiran tak tentuku. Bahwa namamu masih menjadi topik hangat. Mulai melupakan ataukah tetap berharap menunggu kau pulang menjadi perdebatan.  

Ah, sudahlah.

Aku lelah..

Aku butuh istirahat lebih hari ini. Istirahat dari pikiran yang terus membawaku ke namamu.

Kamis, 01 Mei 2014

Matamu ~



Lebar senyum yang selalu Ia lemparkan seakan memberitahu khalayak bahwa Ia tipe orang yang ceria. Tapi, itu untuk khalayak. Tidak untukku. Aku sudah paham betul sifatnya. Menutupi masalah hidup dengan tampang dan pembawaan yang selalu ceria memang keahliannya. Sayang, Ia lupa. Bahwa ada satu hal diwajahnya yang tidak akan pernah berbohong. Yaitu matanya.
Mata lelah itu kembali kutemui hari ini. Dan sama seperti biasanya, Ia selalu mengatakan Ia tak punya sedikitpun masalah. Ia tidak pernah menceritakan sedikitpun tentang masalah yang Ia hadapi padaku. Ia terlalu pintar menutupi segalanya. Dan itu membuatku sangat kesal. Aku sangat ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi padanya. Meski aku tahu bahwa aku belum tentu dapat membantunya.
Aku menatap lekat kedalam matanya. Mencoba mencari tahu, apa yang sebenarnya terjadi. Aku tahu bahwa Ia sangat mempercayaiku. Tapi, akupun sangat tahu bahwa Ia bukan tipe seseorang yang mau membagikan permasalahannya kepada orang lain. Ia tahu betul bagaimana terlihat baik-baik saja meski sedang banyak masalah.
Aku menarik nafas panjang. Keingintahuanku tak dapat kusembunyikan. Tapi, apa dayaku. Ia sangat pandai menutup rapat setiap masalah yang Ia hadapi.