Waktu itu hari kamis -aku lupa tanggal berapa- kami berdua menikmati makan siang di EXO and Dimsum Mall Panakukang-Resto favoritku jika ingin menikmati olahan seafood. Siang itu tak ada yang special. Hanya saja kami berdua termasuk orang beruntung yang memiliki hari yang lowong setelah melakukan perjalanan dinas. Aku baru saja pulang dari Kota Mamuju, Sulbar dan Ia baru saja pulang dari Kota Semarang, Jawa Tengah. Seperti biasa saat tengah makan bersama, kami menyempatkan untuk saling bertukar cerita tentang apa yang telah kami lakukan dihari sebelumnya. Dan selalu saja kami menjadi pendengar yang baik untuk masing-masing. Sambil bercerita, aku menuangkan beberapa buah dimsum ke dalam mangkuk kecilnya. Matanya berbinar saat memasukkan sesendok kuah ayam ke mulutnya. Dan selalu saja kata "Seger" keluar dari mulutnya selepas mengicip kuah pertama. Akupun ikut menuangkan ke dalam mangkuk kecilku. Aku memilih kuah tomyam untuk kusantap. "Aahh. Lezat sekali". Rasa capek dihari sebelumnya serasa menghilang. Kami berdua mulai melahap satu persatu dimsum yang masih menggeliat di atas panci dengan kuah yang memanas. Perutku sudah mulai merasa kekenyangan tapi dimsum yang kupilih masih tersisa banyak dalam panci. Melihatku yang tak lagi memakan nasi yang telah kupesan, Ia tertawa. "Ayo loh. Makanannya harus habis. Tanggung jawab sendiri" katanya diikuti kekehan. Aku tersenyum. "Iyaa. Asal kamu ga buru-buru ini bakalan habis kok. Aku hanya butuh bernafas sedikit" ucapku sambil melonggarkan celana. Aku melirik dimsum miliknya tersisa tiga biji. Curang sekali. Kami memang sepakat untuk bertanggung jawab ketika memesan makanan. Pesan sesuai kesanggupan. Tak boleh ada yang tersisa. Aku meminum mojito strawberryku lalu kembali menyantap perlahan dimsumku. Dimsum miliknya sudah habis. Ia tertawa melihat tingkahku yang menunjukkan tanda sangat kekenyangan. "Ya udah kalo ga bisa ga usah dipaksain. Tapi lain kali ga boleh seperti ini. Aku suka kamu makan banyak, tapi jangan mubazir" katanya sambil tersenyum. Ah, senyum yang mengejek sekali. Aku buru-buru mengatakan kalau aku sanggup menghabiskannya dan meminta Ia untuk sedikit bersabar. Sekitar 30 menit aku meminta tambahan waktu darinya untuk menghabiskan makananku. Waktu yang cukup lama untuk hanya memakan dimsum yang tersisa 6 biji. Aku meminta waktunya lagi untuk mengatur nafasku yang mulai berubah sejak aku kekenyangan. Setelah aku merasa nyaman dengan perutku, kamipun memutuskan mulai berkeliling Mall Panakukang.
Satu kenangan makan siang yang selalu membuatku tertawa jika mengingatnya. Mengingat senyum dan tawanya yang mengejekku.
Aku tersenyum simpul sendirian di dalam Pesawat Sriwijaya Air yang melaju cepat dan semakin jauh meninggalkan daratan sumatera menuju Bandara Soetta, Cengkareng. Nasib ayam crispy juga sebungkus nasi tadi sudah mendarat dengan aman di dalam perutku. Makan malam sederhana. Sesederhana aku yang bahagia karena mengingat kenanganku.
Tulisan ini diikutkan dalam tantangan kelas menulis Sigi Makassar #SigiMenulisRamadhan. Baca tulisan ketjeh teman lainnya di:
* nuralmarwah.com
* bukanamnesia.blogspot.com
* nurrahmahs.wordpress.com
* rahmianarahman.blogspot.com
* kyuuisme.wordpress.com
* inanovita.blogspot.com
* rancaaspar.wordpress.com
* inditriyani.wordpress.com
* uuswatunhasanah.tumblr.com
*begooottt.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar