Halo, Iam.
Apa kabarmu, ayamku?
Hmm, masih bolehkah kau kupanggil begitu? Rasa-rasanya sudah tak kau ijinkan aku lagi, memanggilmu dengan nama itu.
Hey..
Aku baru saja dapat kabar kalau kau sudah menyelesaikan hobimu. Aku bahagia karenanya. Meski aku tahu, tidak ada lagi hak untukku untuk berbahagia.
Iam...
Beberapa waktu yang lalu aku selintas melihat mobilmu. Sudah lama sekali aku tak berdiri disampingnya sambil tersenyum menatapmu. Sudah lama sekali aku tak menghuni jok disampingmu. Dan sudah lama sekali kita tak minum sekaleng nescafe latte sambil menikmati macetnya Makassar.
Iam.
Aku masih menyukai kopi seperti dulu, dan itu karenamu. Pernah aku belajar berhenti mengonsumsinya, tapi aku kalah. Aku kalah telak. Sampai sekarang pun aku masih mengonsumsinya, pun dengan tetap merasa kau ada di dekatku menikmati kopi bersama.
Iam.
Aku masih saja sering rindu. Rindu denganmu yang selalu saja ada dan apa adanya. Selalu saja mencari sosokmu yang mungkin saja ada, hanya dalam wujud yang lain.
Iam,
Hari ini aku rindu. Aku membiarkannya. Karena tak seorang pun mampu menahan yang namanya rindu.
Tulisan ini diikutkan dalam tantangan kelas menulis Sigi Makassar #SigiMenulisRamadhan. Baca tulisan ketjeh teman lainnya di:
* nuralmarwah.com* bukanamnesia.blogspot.com
* nurrahmahs.wordpress.com
* rahmianarahman.blogspot.com
* kyuuisme.wordpress.com
* inanovita.blogspot.com
* rancaaspar.wordpress.com
* inditriyani.wordpress.com
* uuswatunhasanah.tumblr.com
*begooottt.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar