Rabu, 03 Desember 2014

Teruntukmu

Hey Mr. A  
Mungkin tak sepantasnya lagi aku menyebut namamu. Bukan karena tak ingin lagi kau ada dalam kehidupanku, tapi.. (mungkin) sudah sepantasnyalah aku tidak lagi membiarkanmu masuk kedalam kehidupanku.
Mr. A
Dulu, kita pernah berdebat panjang lebar tentang jatuh cinta. Waktu itu, kau berpendapat bahwa Jatuh Cinta dapat membuatmu menjadi seseorang yang bukan dirimu. Sedang aku waktu itu  dengan kokohnya mengaminkan lagu ERK yang mengatakan Jatuh Cinta Itu Biasa Saja. Kita berdebat tanpa ujung tentang bagaimana saat seseorang Jatuh Cinta. Bodoh memang, saat itu kau sedang merasakan bagaimana nikmatnya sebuah rasa terhadap seseorang. Sedang aku saat itu hanya sebatas tertarik terhadapmu.
Mr. A
Saat ini, aku tidak lagi mengaminkan lagu milik ERK. Menurutku, lagu itu berdusta. Jatuh cinta itu tidak biasa. Jatuh cinta itu luar biasa. Dan betul katamu dulu, kalau seseorang yang sedang merasakan jatuh cinta dapat berubah menjadi seseorang yang bukan dirinya.
Ternyata Lagu ERK itu salah, Mr. A
Jatuh cinta itu luar biasa. Bukan hal yang biasa saja. Jatuh cinta dapat mengubah duniamu. Dapat menjadikanmu menjadi seseorang yang bodoh sekaligus cerdas dalam satu waktu. Jatuh cinta itu dapat membuatmu selalu tersenyum, dan duniapun tersenyum padamu. Jatuh cinta itu tidak biasa. Ia luar biasa.
Mr. A
Saat ini aku sedang jatuh cinta. Aku sedang merasakan nikmatnya rasa yang dikaruniakan Tuhan padaku. Dunia seakan tersenyum padaku. Semua hal seolah membahagiakan meskipun sesungguhnya tidak seperti itu. Dunia seolah menjadi milikku ketika bersamanya.
Mr. A
Jika dulu aku selalu menolak mengakui setiap rasaku terhadapmu juga terhadap seseorang setelahmu. Kini, ntah kenapa dengan berani aku ungkapkan pada dunia bahwa aku memiliki rasa padanya dan ingin bersamanya. Aku tak lagi takut dengan setumpuk bayang masa lalu bersamamu. Bersamanya dapat membuatku bersyukur atas setiap karunia Tuhan. Bersamanya hal yang dulu tak kulakukan bersamamu, dapat kulakukan. Bersamanya tak adalagi cerita tentangmu. Dan saat ini Ia menjadi alasanku tersenyum disetiap pagiku.
Mr. A
Mungkin sudah seharusnya kita saling mengakhiri. Bukan mengakhiri silaturrahim kita. Tapi, mengakhiri setiap rasa yang dulu pernah dan (mungkin) masih ada didalam hati kita masing-masing. Aku meminta maaf untuk setiap janji yang masih belum mampu kutepati bersamamu. Jika nanti aku diijinkan menepatinya, semoga kau tidak akan mempermasalahkan seseorang yang bersamaku saat kita bertemu nantinya.
Aku berharap aku tetap menjadi teman diskusi, sahabat dan juga Adikmu meskipun kita tidak dapat berjalan bersama.
Suatu hari nanti, kuharap aku masih bisa mendapatkan waktumu seraya menunggu terbenamnya matahari ditempat favorit kita.


Kamis, 21 Agustus 2014

Pertama dan (mungkin) Terakhir Buatmu

 Tiba-tiba saja mau menulis tentangmu. Mungkin karena aku merindukanmu dan akan segera berhenti merindukanmu. 

Ini tulisan pertama dan mungkin jadi tulisan yang terakhirku buatmu. 

 ***

Aku mengenalmu setahun yang lalu. Berawal dari perkenalan dunia maya dan berlanjut ke dunia nyata. Pertemuan awal kita terbilang sederhana namun membekas dalam bagiku. Pertemuan-pertemuan selanjutnya perlahan penuh cerita. Kau dengan setumpuk ceritamu yang tak pernah kusangka membuatku selalu saja tertarik untuk mendengarnya. 

Akupun mulai menaruh rasa padamu. Sosokmu yang memang sejak awal telah menarik perhatianku dan sejumlah ceritamu yang sangat menginspirasiku membuatku semakin mengagumimu. Sampai pada suatu hari, ceritamu memintaku untuk mundur. Bukan karena aku tidak lagi jatuh cinta padamu. Sama sekali bukan. Hanya saja, nama yang kau sebutkan sewaktu bercerita hari itu membuatku untuk memilih mundur. Tampak jelas harapan untuk bersama terukir di wajahmu ketika menceritakan sosok perempuan itu. Sosok perempuan yang juga kukenal baik. Perempuan yang tak akan pernah mampu aku bersaing dengannya. 

Kini, sudah setahun aku menyimpan rapi rasaku dan sudah kuputuskan untuk tidak lagi melanjutkan memperjuangkan rasaku kepadamu. Sekali lagi kutegaskan, bukan karena aku tidak lagi menyukaimu. Sama sekali bukan. Sakitku, semoga saja dapat segera menemui obatnya. Tak usah kau pedulikan. Bukankah Urusan perasaan tidak boleh dipaksakan? Biarkan saja aku begini. Aku akan bahagia cukup dengan mendengar cerita dan tawamu. 

Terima kasih untuk semua hal yang pernah kita jalani bersama. Terima kasih untuk kesediaanmu memenuhi undangan ketemuan kita beberapa hari yang lalu. Maaf yaa aku lupa pamit langsung padamu hari itu. Tetaplah sehat. Tetaplah bahagia. Tetaplah menelponku untuk bercerita. Tetaplah menjadi sosok yang kukagumi dan yang akan selalu kurindukan. Mimpimu untuk ke Jepang menuntut ilmu semoga sesegera mungkin bisa diIjabah Allah. Doaku selalu mengiringi langkahmu.


Aku,,,, 
Secret admirermu. :-*


P.s. Kalau kau bertanya kapan aku memutuskan untuk sepenuhnya mundur? Jawabannya Sabtu kemarin, saat aku teramat bahagia mendengar tawa renyahmu dari seberang melalui telpon. Setahun sudah cukupkan? Hehehe

Jumat, 09 Mei 2014

Bolehkan aku mati hari ini?


Saat pertanyaan " bolehkah aku mati hari ini?" Menyeruak dalam penatnya pikiranku.

Ah...

Aku tidak baik-baik saja sepertinya.

Bom meletus lagi dikepala dan hatiku. Membuat pikiran ku semakin ribet tak terkira. Hatiku? Jangan lagi kau tanya. Hatiku sesak sekarang. Tak punya lagi tempat untukku bernafas. Ia mencekikku.

Ah..
Aku tidak baik-baik saja sepertinya.

Kepalaku berat sekali. Sepertinya sakit kepala sebelah mulai mendatangiku. Bom itu cukup keras menghantam hati dan pikiranku. Aku kalah. Lagi-lagi masih kalah terhadap keadaanku.

Ah...
Aku tidak baik-baik saja sepertinya.

Dan aku benar-benar tidak baik-baik saja.
Iya. Aku tidak baik. Tidak dalam kondisi baik. Aku rusak dibagian dalam. Aku terlalu rapuh didalam. Sekali hantaman, aku hancur.

Ah...
Aku benar-benar tidak dalam kondisi baik.
Aku sakit, bahkan saat tubuhku sedang fit.
Aku rapuh, bahkan saat senyum masih saja setia bersamaku.

Aku, tidak baik-baik saja.

Jadi, Bolehkah aku meminta untuk mati hari ini?

Jumat, 02 Mei 2014

Pikiranku



Anjing milik tetangga sebelah menyalak lagi. Ntah untuk keberapa kalinya malam ini. Gonggongannya bersahutan dengan deru mesin kendaraan yang lewat,  membantuku semakin terhanyut dalam pikiran tak tentu. Ntah.. untuk keberapa kalinya. Pikiranku melayang jauh. Memikirkan banyak hal yang bahkan alam sadarku sendiri tak tahu apa yang sedang kupikirkan. 

Menjejakinya satu demi satu sangatlah melelahkan. Apalagi dengan kondisiku yang seperti ini, tentu semakin menambah kelelahan.
Satu yang kutahu dari setumpuk pikiran tak tentuku. Bahwa namamu masih menjadi topik hangat. Mulai melupakan ataukah tetap berharap menunggu kau pulang menjadi perdebatan.  

Ah, sudahlah.

Aku lelah..

Aku butuh istirahat lebih hari ini. Istirahat dari pikiran yang terus membawaku ke namamu.

Kamis, 01 Mei 2014

Matamu ~



Lebar senyum yang selalu Ia lemparkan seakan memberitahu khalayak bahwa Ia tipe orang yang ceria. Tapi, itu untuk khalayak. Tidak untukku. Aku sudah paham betul sifatnya. Menutupi masalah hidup dengan tampang dan pembawaan yang selalu ceria memang keahliannya. Sayang, Ia lupa. Bahwa ada satu hal diwajahnya yang tidak akan pernah berbohong. Yaitu matanya.
Mata lelah itu kembali kutemui hari ini. Dan sama seperti biasanya, Ia selalu mengatakan Ia tak punya sedikitpun masalah. Ia tidak pernah menceritakan sedikitpun tentang masalah yang Ia hadapi padaku. Ia terlalu pintar menutupi segalanya. Dan itu membuatku sangat kesal. Aku sangat ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi padanya. Meski aku tahu bahwa aku belum tentu dapat membantunya.
Aku menatap lekat kedalam matanya. Mencoba mencari tahu, apa yang sebenarnya terjadi. Aku tahu bahwa Ia sangat mempercayaiku. Tapi, akupun sangat tahu bahwa Ia bukan tipe seseorang yang mau membagikan permasalahannya kepada orang lain. Ia tahu betul bagaimana terlihat baik-baik saja meski sedang banyak masalah.
Aku menarik nafas panjang. Keingintahuanku tak dapat kusembunyikan. Tapi, apa dayaku. Ia sangat pandai menutup rapat setiap masalah yang Ia hadapi.

Sabtu, 12 April 2014

Sebuah doa untukmu - Ibu



Hal yang paling kutakuti didunia ini adalah Kau beranjak tua, namun belum sepenuhnya bahagia (karenaku)

Hari ini Ibuku berulang tahun. Diumur barunya segala lantunan doa kebahagiaan serta surga kuhaturkan pada Allah, berharap Allah dengan sangat baiknya mengijabah doaku segera setelah aku berdoa. Diusianya yang tak lagi dibilang muda, belum sedikitpun kebahagiaan kuhadiahkan. Aku masih saja menjadi anak yang paling nakal dan paling susah dinasehati. Segala keinginannya belum mampu kupenuhi. Mimpinya melihatku menjadi orang yang sukses belum bisa kuwujudkan. Aku masih saja seperti ini. Kosong. Tanpa prestasi sedikitpun yang mungkin bisa membuatnya tersenyum.

Diulang tahunnya yang sedikit terlambat kusadari karena tanggal pada jam tanganku telat sehari, aku meluapkan segala keinginanku untuk membahagiakannya pada Allah. Aku takut bukan karena Beliau tak bahagia. Aku hanya takut beliau beranjak tua tanpa kusadari dan Tak sepenuhnya bahagia. Aku takut, bahkan sangat takut tidak mampu membahagiakannya disepanjang sisa umurku.


Allah yang selalu baik, Bahagiakanlah Ibuku. Berikan hamba-Mu ini kesempatan untuk membahagiakannya. Sediakanlah surga untuk Ibuku  diakhirat nanti. Dan kumohon haramkan api neraka menyentuh kulitnya. Mudahkan Ibuku melewati titian siratal mustaqim. Dan, Ya Allah berikan hamba-Mu ini kesempatan untuk mengajaknya (kembali) melihat Kakbah-Mu.

Ya Allah.. Ijinkan aku menjadi salah satu alasan surga baginya.

Ya Allah... Sekali lagi, kumohon Bahagiakan Ibuku di dunia maupun di akhirat. Amin. 
Amin Yaa Rabbal Alamin. 



"Ibu.. hanya doa ini yang mampu kuhadiahkan untukmu. Salam sayang penuh kerinduan menghadiahkanmu bahagia, anakmu yang masih nakal ini.. :)"
 

Kamis, 10 April 2014



Kau baik-baik saja bukan? Ntah kenapa belakangan ini pikiranku selalu saja memikirkanmu. Harusnya tak kubiarkan sedikitpun kekhawatiran akanmu menghampiriku. Toh kita juga masih belum punya hubungan yang lebih. Tapi, tak apa juga kan kalau aku memikirkanmu? Setidaknya kau bisa merasa menjadi seseorang yang beruntung karena berhasil membuatku memikirkanmu. Kau pasti akan tergelak tertawa jika tahu akan hal ini. Meski aku tahu bahwa aku pasti akan membenci tawamu itu, tapi tak apalah karena Setidaknya kau bisa tertawa karenaku.

Oia, Aku masih saja tersenyum jika mengingat chit chat kita. Sederhana. Tapi bagiku sarat akan makna. Mungkin bagimu itu biasa saja. Sekedar menyapa, saling menertawai, sedikit berbagi cerita. Oia, hal yang paling lucu bagiku adalah saat salah satu diantara kita selalu saja meninggalkan chat karena ketiduran. Hahahaha. Kebiasaan chat kita yang tengah malam sebaiknya kita ubah. Kamu maukan? *eehh*

Nah kaannn, aku senyum-senyum sendiri karena mengingat chatmu. Kalau mereka pikir aku mulai sinting, kamu harus tanggung jawab yaa. Tanggung jawab jelasin ke mereka kalau alasan senyumku itu adalah kamu. Hihihihi.

Ya sudah. Sebaiknya segera kuakhiri tulisan ini. Nanti malah makin sinting aku ini.. 
hahahaha.

Sampai jumpa di room chat kita. Meski hanya sekedar balas-balasan “Hahahaha”..

Selamat malam kamu..

Selasa, 08 April 2014

Menunggu ataukah menanti?



Maukah kau menantiku?
Tentu saja. Jika kau berjanji untuk pulang. Aku akan menanti.
Maukah kau menungguku?
Tentu saja. Jika kau berjanji akan datang menemuiku. Pasti aku akan menunggu.
Maukah kau kembali bersamaku?
Tentu saja. Jika kau berjanji akan pulang dan Dia belum juga datang untuk menepati janjinya menemuiku.
Maukah kau berjalan bersamaku?
Tentu saja. Jika kau berjanji akan datang menemuiku dan menjalin ikatan denganku.
Bisakah aku kembali dalam hidupmu?
Ya. Tentu saja. Jika Dia tidak menepati janjinya, aku pasti akan kembali bersamamu.
Bisakah aku menggantikannya?
Ya. Tentu saja. Jika Ia tak kunjung pulang. Apalagi yang harus kuharapkan?
Maukah kau menepati janjimu?
Tentu saja. Jika Dia belum datang, sedang kau sudah pulang. Maka aku pasti akan menepati janjiku.
Bisa kau melupakannya?
Bisa. Asalkan kau datang dan menjanjikan sebuah kepastian.

Hingga detik ini aku tidak tahu pada siapa aku harus menepati janji. Kau yang berjanji pulangkah? Atau Dia yang juga sedang berusaha berjanji untuk datang.
Dan pada akhirnya, ini semua tentang waktu. Kepada siapa hati akan memilih, biarkan waktu yang akan menjawabnya. Tetaplah memperbaiki diri, dan aku disini juga akan selalu menyiapkan diriku untuk menjadi sepantasnya untukmu.