Sabtu, 12 April 2014

Sebuah doa untukmu - Ibu



Hal yang paling kutakuti didunia ini adalah Kau beranjak tua, namun belum sepenuhnya bahagia (karenaku)

Hari ini Ibuku berulang tahun. Diumur barunya segala lantunan doa kebahagiaan serta surga kuhaturkan pada Allah, berharap Allah dengan sangat baiknya mengijabah doaku segera setelah aku berdoa. Diusianya yang tak lagi dibilang muda, belum sedikitpun kebahagiaan kuhadiahkan. Aku masih saja menjadi anak yang paling nakal dan paling susah dinasehati. Segala keinginannya belum mampu kupenuhi. Mimpinya melihatku menjadi orang yang sukses belum bisa kuwujudkan. Aku masih saja seperti ini. Kosong. Tanpa prestasi sedikitpun yang mungkin bisa membuatnya tersenyum.

Diulang tahunnya yang sedikit terlambat kusadari karena tanggal pada jam tanganku telat sehari, aku meluapkan segala keinginanku untuk membahagiakannya pada Allah. Aku takut bukan karena Beliau tak bahagia. Aku hanya takut beliau beranjak tua tanpa kusadari dan Tak sepenuhnya bahagia. Aku takut, bahkan sangat takut tidak mampu membahagiakannya disepanjang sisa umurku.


Allah yang selalu baik, Bahagiakanlah Ibuku. Berikan hamba-Mu ini kesempatan untuk membahagiakannya. Sediakanlah surga untuk Ibuku  diakhirat nanti. Dan kumohon haramkan api neraka menyentuh kulitnya. Mudahkan Ibuku melewati titian siratal mustaqim. Dan, Ya Allah berikan hamba-Mu ini kesempatan untuk mengajaknya (kembali) melihat Kakbah-Mu.

Ya Allah.. Ijinkan aku menjadi salah satu alasan surga baginya.

Ya Allah... Sekali lagi, kumohon Bahagiakan Ibuku di dunia maupun di akhirat. Amin. 
Amin Yaa Rabbal Alamin. 



"Ibu.. hanya doa ini yang mampu kuhadiahkan untukmu. Salam sayang penuh kerinduan menghadiahkanmu bahagia, anakmu yang masih nakal ini.. :)"
 

Kamis, 10 April 2014



Kau baik-baik saja bukan? Ntah kenapa belakangan ini pikiranku selalu saja memikirkanmu. Harusnya tak kubiarkan sedikitpun kekhawatiran akanmu menghampiriku. Toh kita juga masih belum punya hubungan yang lebih. Tapi, tak apa juga kan kalau aku memikirkanmu? Setidaknya kau bisa merasa menjadi seseorang yang beruntung karena berhasil membuatku memikirkanmu. Kau pasti akan tergelak tertawa jika tahu akan hal ini. Meski aku tahu bahwa aku pasti akan membenci tawamu itu, tapi tak apalah karena Setidaknya kau bisa tertawa karenaku.

Oia, Aku masih saja tersenyum jika mengingat chit chat kita. Sederhana. Tapi bagiku sarat akan makna. Mungkin bagimu itu biasa saja. Sekedar menyapa, saling menertawai, sedikit berbagi cerita. Oia, hal yang paling lucu bagiku adalah saat salah satu diantara kita selalu saja meninggalkan chat karena ketiduran. Hahahaha. Kebiasaan chat kita yang tengah malam sebaiknya kita ubah. Kamu maukan? *eehh*

Nah kaannn, aku senyum-senyum sendiri karena mengingat chatmu. Kalau mereka pikir aku mulai sinting, kamu harus tanggung jawab yaa. Tanggung jawab jelasin ke mereka kalau alasan senyumku itu adalah kamu. Hihihihi.

Ya sudah. Sebaiknya segera kuakhiri tulisan ini. Nanti malah makin sinting aku ini.. 
hahahaha.

Sampai jumpa di room chat kita. Meski hanya sekedar balas-balasan “Hahahaha”..

Selamat malam kamu..

Selasa, 08 April 2014

Menunggu ataukah menanti?



Maukah kau menantiku?
Tentu saja. Jika kau berjanji untuk pulang. Aku akan menanti.
Maukah kau menungguku?
Tentu saja. Jika kau berjanji akan datang menemuiku. Pasti aku akan menunggu.
Maukah kau kembali bersamaku?
Tentu saja. Jika kau berjanji akan pulang dan Dia belum juga datang untuk menepati janjinya menemuiku.
Maukah kau berjalan bersamaku?
Tentu saja. Jika kau berjanji akan datang menemuiku dan menjalin ikatan denganku.
Bisakah aku kembali dalam hidupmu?
Ya. Tentu saja. Jika Dia tidak menepati janjinya, aku pasti akan kembali bersamamu.
Bisakah aku menggantikannya?
Ya. Tentu saja. Jika Ia tak kunjung pulang. Apalagi yang harus kuharapkan?
Maukah kau menepati janjimu?
Tentu saja. Jika Dia belum datang, sedang kau sudah pulang. Maka aku pasti akan menepati janjiku.
Bisa kau melupakannya?
Bisa. Asalkan kau datang dan menjanjikan sebuah kepastian.

Hingga detik ini aku tidak tahu pada siapa aku harus menepati janji. Kau yang berjanji pulangkah? Atau Dia yang juga sedang berusaha berjanji untuk datang.
Dan pada akhirnya, ini semua tentang waktu. Kepada siapa hati akan memilih, biarkan waktu yang akan menjawabnya. Tetaplah memperbaiki diri, dan aku disini juga akan selalu menyiapkan diriku untuk menjadi sepantasnya untukmu.