Rabu, 30 Oktober 2013

Seharusnya

Baca ini yah, "Kamu". 


Hari ini, letih seharusnya menghampiriku. Seharian berkeliling Makassar dan memastikan semua hal nantinya akan berjalan lancar seharusnya membuatku letih dan lelah. Namun, Letih dan lelah itu tak menghampiriku. Padahal apa yang kulakukan hari ini, seharusnya mampu meremukkan seluruh tulang-tulangku. Tapi, tahukah kamu? Mereka bahkan tak menyapaku hari ini. Jika kamu bertanya akan jawabannya? Maaf, aku hanya mampu menjawab (mungkin) hari ini adalah salah satu hari keren bagiku. Keren kenapa? Jawabku, karena seharian ini aku berkeliling, bekerja, dan bergaul dengan orang-orang hebat, kreatif dan keren-keren. Sungguh sebuah keberuntungan bagiku bisa setim dengan mereka. Tak habis ide mereka lontarkan. Dan semua ide itu adalah ide-ide keren, yang untukku masih belum mampu kujangkau. Hahahaha.. Bekerja dengan mereka bagaikan sebuah anugerah buatku yang masih perlu banyak belajar. (mungkin) kata yang tepat hanya : Amazing, Awesome dan Keren yang sanggup kulontarkan. Alasan-alasan seperti inilah yang selalu dan senantiasa membujukku untuk tinggal. Aku tidak ingin kehilangan dalam "mengambil" pengalaman dan pelajaran dari mereka. Jika waktu mengijinkan, biarkanlah aku memperkenalkan mereka padamu. Dan jaminan bagiku, mulutmu hanya akan mengatakan "Amaziingg". Hehehe 

Oia, sudah dulu yaaa.. Revisi dan sejumlah hasil tadi pagi menungguku untuk ngedate. Hahaha 









Senin, 28 Oktober 2013

Kemana saya setelah ini?

Pertanyaan “Kemana saya setelah ini?” kembali mencuat ke permukaan. Pernyataan Ba’ba tadi pagi yang secara halus sudah meminta saya untuk melanjutkan pendidikan ke tanah Jawa cukup keras menghantam perisai saya. Alasan – alasan halus untuk tetap berada disini selama ini, mungkin sudah tidak lagi masuk akal bagi beliau. Disatu sisi, ntah kenapa aku mulai mempertanyakan kepada diriku sendiri tentang situasi yang mungkin akan kutemui jika mengambil keputusan itu.

“Kenapa harus seperti ini?”. “Tidak bisakah aku tetap tinggal saja disini?”. “Disini mau ngapain? Mau lanjut disini yang ada Cuma swasta dan pastinya mahal. Yang negeri tidak sejalan dengan yang sekarang”. “Haruskah lanjut? Atau pilih jalan lain?”. “Kerja atau lanjut dulu?”. “Kalau ke Jawa, Sanggupkah?” tanyaku pada diri sendiri. Sejumlah mimpi yang selama ini menguatkanku untuk melangkah ke tanah Jawa perlahan tergerus oleh pertanyaan yang memintaku untuk tinggal. Dikepalaku berkecamuk banyak hal. Satu sisi, keahlian yang kuinginkan cuma ada di Universitas – Universitas di Jawa. Sementara sisi lain, pertanyaan mampukah aku untuk meninggalkan semua yang ada disini.
“Haruskah kutinggalkan teman-temanku, keluargaku, Barny, dan juga hobiku?”. “Kalau di Jawa kira-kira bisa dapat yang kayak disini ga yah?”. “2 tahun itu lama. Kalau tiba-tiba kangen mereka gimana?”. Pertanyaan demi pertanyaan terus dan terus menggangguku. Aku berada diantara 2 pilihan yang semuanya menjanjikan kesenangan. Jawa adalah mimpiku dan Makassar adalah keluargaku.
Yang mana yang harus kupilih? Sementara waktu terus berjalan dan bulan Februari akan menyapa. Alasan tak logis hanya untuk menunda tak akan mungkin lagi kuberikan pada Ba’ba.

Ah, sudahlah. Sungguh hidup memang penuh dengan persoalan pilihan. Sekali anda memilih, maka anda harus menanggung resikonya..


“Life is about the choice. When you take the choice. You should get the risk” 

Minggu, 27 Oktober 2013

Kamis yang Bahagia

Ah, sudah lama aku tak menyampah disini..

Kali ini aku akan nyampah tentang ujian mejaku yang baru Kamis lalu sudah kulalui.. Hahaha

Pagi itu, Kamis 24 Oktober 2013 akan menjadi salah satu hari yang indah dalam catatan hidup saya. Setelah penantian panjang, dan setelah perjuangan yang melelahkan akhirnya sampai juga saya pada hari dimana segala hasil pemikiran saya disidangkan.

Sehari sebelum hari-H, seperti biasa saya sudah menyiapkan segala kelengkapan yang mungkin akan dibutuhkan saat ujian meja. Materi dan segala macamnya sudah lengkap dalam satu tas dan siap untuk diangkut. Malam harinya, saya malah masih menyempatkan untuk berkunjung ke pondok salah satu teman dan sedikit berlama-lama disana hingga hampir pukul 09.00 malam saya baru memilih untuk beranjak. Tiba dikosan saya memilih untuk langsung istirahat. Smaa sekali tak ada rasa gugup atau deg-degan. Yang ada hanya rasa penasaran dan bahagia yang memuncak akan esok hari.

Pagi harinya, saya terbangun sebelum jam 05.30 dan segera melakukan salat subuh. Dipagi itupun, sama sekali tak ada rasa deg-degan. Malah yang ada saya selalu saja tersenyum melihat diri saya didepan cermin. Dan pada pagi itu saya justru menanyakan diri saya sendiri, "kenapa saya bisa sesantai ini?"

Dan, akhirnya tiba juga. Pukul 14.30 semua penguji memasuki ruangan. Dan tetap saja, saya masih tidak deg-degan. Senyum kesana kemari. Dan memainkan remote proyektor yang ternyata tidak bisa digunakan. Tiba disaat sesi pertanyaan, saya masih merasakan yang namanya sebuah kenyamanan. Tak ada rasa deg-degan apalagi gugup yang berlebihan.

Saya baru bisa merasakannya saat penguji kedua menanyakan perubahan dari meter/detik menjadi kilometer/jam. Demi ALLAH, pertanyaan ini sama sekali tidak terduga oleh saya. Deg. Seketika jantung saya merasakan hantaman kuat. Zona nyaman yang sedari tadi bersama saya, seketika menghilang. Ah, bingung. Sedari dulu saya memang tidak paham betul tentang perubahan kilometer ke meter atau sebaliknya. Saya mencoba mengalkulasi namun tak juga benar. Dan beruntungnya, sang dosen dengan baik hatinya berkata tidak usah dan segera mengganti pertanyaannya. Ah, ingin rasanya berlari dan mengucap beribu terima kasih pada beliau yang mengerti kekurangan saya. Hahahaha

Akhirnya, setelah sejam saya dihujani pertanyaan akhirnya ujian sidang selesai juga. Tinggal menunggu hasil. Dan disini, perasaan nyaman itu kembali menyelimuti saya. Sambil menunggu hasil, saya tidak hentinya membalas ucapan serta doa dari beberapa teman dan juga kakak-kakak saya. 15 menit menunggu akhirnya ujian sidang saya berakhir bahagia dengan hasil yang juga membahagiakan..

*Kamis, 24 Oktober yang bahagia itu akhirnya ditutup dengan kembali berbagi kebahagiaan dengan teman-teman SIGi Makassar. Keluarga kedua buat saya.
*Thanks to ALLAH, Rasulullah, Ba'ba, Ibu, bro and sist, dan semua orang yang senantiasa mendoakan saya.. Gomawo..!