Kamis, 25 Agustus 2016

Orang lain bisa apa?

“ya gimana lagi, aku terpaksa memilih untuk sementara waktu dirumah dulu karena anakku masih kecil, walaupun sebenarnya aku pengen banget melanjutkan studiku ke luar negeri”
“iya, aku sudah resmi pisah dari suamiku, mau gimana lagi, dia nggak pernah bisa berubah”
“biaya sekolah anakku mahal banget, terpaksa aku lembur terus, soalnya kasian kalau anakku harus sekolah di sekolah negeri biasa, takut nggak nyambung kalau main sama temen-temennya dikomplek yang sekolah di international school”
***
Sering kita dihadapkan pada pilihan-pilihan yang sulit, yang kadang semakin sulit karena ada tuntutan dari orang sekitar. Dari keluarga, teman, tetangga, suami, anak dan bahkan diri sendiri.
Seorang ibu yang memilih untuk melanjutkan studi, dipandang nyinyir sebagai ibu yang terlalu berambisi, yang tak sayang dengan buah hati, dan terlalu egois memikirkan diri sendiri, 
Tapi jika dia memilih untuk bahagia dengan pilihannya, orang lain bisa apa?

Seorang sarjana yang lulus dari universitas ternama, yang berprestasi dengan nilai sempurna. Tapi ia memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga, mengupayakan segala yang terbaik untuk buah hatinya.
Dan dia memilih untuk bahagia dengan statusnya, lalu orang lain bisa apa?

Wanita karir yang selalu bangun pagi, menyiapkan sarapan dan MPASI sebelum berangakat mencari rizki, berjibaku dengan jalanan macet dan pekerjaan yang menguras emosi, dan mengupayakan pulang membawa cinta dalam beberapa botol ASI. 
Tapi lagi lagi, dia bahagia dengan perjuangannya, lalu orang lain bisa apa?

Seorang perempuan yang berstatus janda, rela mengubur kebahagiaannya karena berjuang demi anak-anaknya, dari brutalnya suami pelaku kekerasan rumahtangga.
Lalu.. dia dipandang sinis sebagai pengancam keharmonisan keluarga tetangga.
Dan diapun, memilih bahagia dalam sabarnya, lalu orang lain bisa apa?

Karena bahagia itu kita yang punya, apapun pilihan yang kita ambil, kita berhak untuk bahagia.
Dan saat kita memilih untuk bahagia, orang lain bisa apa? 
Kita akan tetap melangkah dengan pilihan hidup kita, 
Dan mereka akan tetap disana bersama penyakit hatinya.

Hari ini dan seterusnya, jangan pernah meninggalkan koper kebahagiaan kita, kemanapun langkah kaki menentukan pilihannya :)
~ Fitrina Kamalia ~ 

*tulisan diatas diambil dari Akun Tumblr milik chuyakasim*. :)


Senin, 22 Agustus 2016

Tujuhbelasan yang belum selesai

Semarak tujuh belas agustus jelas terasa di komunitas SIGi Makassar –komunitas yang kugeluti. Terhitung sejak dua minggu yang lalu, E-flyer SIGi tersebar di seluruh media sosial, mengajak para penggiat komunitas juga para manusia-manusia yang kebanyakan mager di hari minggu untuk ikut bergabung menyemarakkan gebyar tujuh belas Agustus SIGi Makassar di tempat belajar mengajar Carakdek (salah satu program SIGi Makassar) di Jalan Adhyaksa lr.3.
Saya sudah menyiapkan waktu sejak seminggu yang lalu. Ujian akhir semester di kampus sudah selesai. Panggilan untuk kembali berkomunitas di SIGi mulai mencuat, meski dengan konsekuensi akan menjadi asing. Mengingat sudah menjelang 2 tahun saya meninggalkan SIGi (well, lebih tepatnya mungkin karena saya tidak banyak di Makassar lagi karena sudah mulai bekerja).

Pagi tadi, saya terbangun pukul 05.30 WITA, karena sedang absen solat maka saya kembali melanjutkan tidur hingga pukul 06.45 WITA. Di kepala sudah terbayang bagaimana ramainya gebyar tujuh belas Agustus SIGi. Berpegang janji pada diri sendiri dan keinginan bertemu dengan salah satu kakak keren (Kak Kiki, ketua geng keren SIGi Makassar), sayapun bergegas. Pukul 08.30 WITA saya pamit dari rumah dan berangkat ke tekape. Sejam perjalanan dan sempat nyasar sedikit, saya sudah sampai di lokasi lomba yang sudah ramai oleh adik-adik asuh SIGi, kakak-kakak SIGi juga Ibu-ibu dari adik asuh yang turut serta menghebohkan acara. Sepetak tanah lapang di plot menjadi tempat sejumlah lomba dilaksanakan. Matahari yang sedang ramah-ramahnya menyengat kulit juga debu yang beterbangan seketika saja mampu menbuat orang disitu (termasuk saya) menjadi cukmala’ (bahasa Makassar untuk kata dekil). Bayaran yang cukup murah untuk sejumlah euphoria tujuh belasan.

Setelah melalui proses registrasi dan proses pembagian kelompok, acarapun dimulai. Diawali dengan lomba makan kerupuk (yang berlangsung heboh karena adanya seorang anak yang memilih menghabiskan kerupuknya dengan cara yang tidak disepakati panitia), berlanjut ke lomba joget balon (yang sukses bikin kakak SIGi-nya bingung karena tidak memiliki stok lagu anak dengan beat yang pas), lomba tarik tambang (yang berhasil bikin adik-adiknya harus jungkir balik bertahan), lomba memasukkan pensil dalam botol dan lomba terakhir yang paling seru adalah mengambil koin dari buah jeruk yang dilumuri kecap. Beberapa lomba ini sudah sangat sering saya temui, tapu menjadi saksi dan ikut terlibat langsung menjadi tim hore –yang rempong- sudah sejak lama tidak pernah lagi saya lakukan.

Diakhir acara, saat semua adik-adik pemenang lomba telah menerima hadiah, giliran kakak-kakak SIGInya yang memperebutkan hadiah. Iming-iming kaos gratis membuat ramai suasana. Pun tidak ketinggalan saya sendiri. Lomba yang disepakati oleh para sponsorpun agak nyeleneh. Meminum air mineral gelas dari bawah. Dengan semangat 17, saya melibatkan diri ikut dalam lomba meminum air mineral gelas dari bawah, juga lomba memakan kerupuk. Melalui banyak sekali “kegilaan” akhirnya saya berhasil mendapatkan sebuah gantungan kunci dan sebuah buku catatan dari @ardhesaurus dan @bikinbikin_ . Tujuh belas agustus tahun ini sungguh berbeda buat saya. Semaraknya begitu terasa. Gebyar tujuh belas agustusan SIGi Makassar sukses membawa saya kembali merasakan indahnya tujuh belas agustusan masa kecil dulu.

Semarak agustusan tidak hanya berakhir disitu. Minggu depan, 28 Agustus 2016 nanti akan diadakan Project Berbagi 13. Mengangkat tema Kesehatan Gigi, di PB (project berbagi) 13 nantinya kita (saya juga kamu yang sedang baca tulisan ini) akan berbagi keceriaan dengan adik-adik panti asuhan Attin. Bekerja sama dengan Rotaract Club Phinisi Makassar, SIGi akan melakukan “aksinya” kembali. Melihat konsep acaranya saja, sudah terbayang bagaimana cerianya hari minggu saya nanti. Tunggu apalagi? Ayo “jebak” dirimu sendiri untuk ikut bergabung dan berbagi keceriaan dengan adik-adik panti asuhan Attin bersama kakak-kakak SIGi Makassar. Daripada hari minggu kamu useless dan membosankan, mendingan kamu-kamu ikut andil, toh Berbagi tak akan pernah membuatmu rugi. Kamu juga bisa turut berpartisipasi dengan menyumbangkan sedikit rezeki kamu untuk dititipkan melalui kakak-kakak SIGi Makassar. Well, buat kamu yang pengen berdonasi kamu bisa mengirimkan donasi kamu melalui Rek. BNI 0271999806 an. Rahmiana Rahman. Nah, buat kamu yang pengen nanya-nanya atau pengen bergabung berbagi keceriaan di PB 13 SIGi Makassar, ataukah kamu pengen melibatkan diri, kamu bisa menghubungi kontak person PB 13 yaitu Kak Ojhi (081524201163) dan Kak Titin (085299372701). Kamu juga bisa menghubungi kak Nulo (082292105499) yang akan mengabarkan kamu semua hal seru yang bakal dilakuin SIGi Makassar. So, pastikan diri kamu terlibat yaaa… 


Dirgahayu Indonesiaku.
Mari bersama, bekerja nyata untuk Negeri.

#71tahunIndonesiaKerjaNyata
#gebyar17anSIGiMks
#SIGiMks
#ProjectBerbagi13


Gebyar 17an ~

Semarak tujuh belas agustus jelas terasa di komunitas SIGi Makassar –komunitas yang kugeluti. Terhitung sejak dua minggu yang lalu, E-flyer SIGi tersebar di seluruh media sosial, mengajak para penggiat komunitas juga para manusia-manusia yang kebanyakan mager di hari minggu untuk ikut bergabung menyemarakkan gebyar tujuh belas Agustus SIGi Makassar di tempat belajar mengajar Carakdek (salah satu program SIGi Makassar) di Jalan Adhyaksa lr.3.
Saya sudah menyiapkan waktu sejak seminggu yang lalu. Ujian akhir semester di kampus sudah selesai. Panggilan untuk kembali berkomunitas   di SIGi mulai mencuat, meski dengan konsekuensi akan menjadi asing. Mengingat sudah menjelang 2 tahun saya meninggalkan SIGi (well, lebih tepatnya mungkin karena saya tidak banyak di Makassar lagi karena sudah mulai bekerja).


Pagi tadi, saya terbangun pukul 05.30 WITA, karena sedang absen solat maka saya kembali melanjutkan tidur hingga pukul 06.45 WITA. Di kepala sudah terbayang bagaimana ramainya gebyar tujuh belas Agustus SIGi. Berpegang janji pada diri sendiri dan keinginan bertemu dengan salah satu kakak keren (Kak Kiki, ketua geng keren SIGi Makassar), sayapun bergegas. Pukul 08.30 WITA saya pamit dari rumah dan berangkat ke tekape. Sejam perjalanan dan sempat nyasar sedikit, saya sudah sampai di lokasi lomba yang sudah ramai oleh adik-adik asuh SIGi, kakak-kakak SIGi juga Ibu-ibu dari adik asuh yang turut serta menghebohkan acara. Sepetak tanah lapang di plot menjadi tempat sejumlah lomba dilaksanakan. Matahari yang sedang ramah-ramahnya menyengat kulit juga debu yang beterbangan seketika saja mampu menbuat orang disitu (termasuk saya) menjadi cukmala’ (bahasa Makassar untuk kata dekil). Bayaran yang cukup murah untuk sejumlah euphoria tujuh belasan.
Peserta lomba mengambil koin dalam buah jeruk. Credit by : Kak Emi, http://m.gosulsel.com/foto/21/08/2016/sigi-makassar-berbagi-keceriaan-hari-kemerdekaan-bersama-anak-anak/
Setelah melalui proses registrasi dan proses pembagian kelompok, acarapun dimulai. Diawali dengan lomba makan kerupuk (yang berlangsung heboh karena adanya seorang anak yang memilih menghabiskan kerupuknya dengan cara yang tidak disepakati panitia), berlanjut ke lomba joget balon (yang sukses bikin kakak SIGi-nya bingung karena tidak memiliki stok lagu anak dengan beat yang pas)lomba tarik tambang (yang berhasil bikin adik-adiknya harus jungkir balik bertahan), lomba memasukkan pensil dalam botol dan lomba terakhir yang paling seru adalah mengambil koin dari buah jeruk yang dilumuri kecap. Beberapa lomba ini sudah sangat sering saya temui, tapi menjadi saksi dan ikut terlibat langsung menjadi tim hore –yang rempong- sudah sejak lama tidak pernah lagi saya lakukan.