Jumat, 27 Desember 2013

Lose Focus



Apa yang sebenarnya terjadi padaku ini. Tiba-tiba saja kepalaku pusing. Penglihatanku memudar. Merdu suara Petra Sihombing tak lagi dapat kucerna  dengan baik. Pikiranku melayang ntah kemana. Aku merasakan ragaku melemas. Kemanakah pikiranku? Ragaku disini namun tidak dengan pikiranku. Berulang kali aku menggelengkan kepalaku hanya untuk menyadarkan pikiranku untuk kembali disini. Tak hentinya kucoba memejamkan mataku untuk mengembalikan fokusku. Tapi, semuanya sia-sia belaka. Kepalaku makin pusing. Aku merasakan dadaku sedikit sesak. Juga merasakan sedikit susah menghirup udara. Berulang kali kuhembuskan udara melalui mulutku. Kenapa aku saat ini? Aku tidak pernah kehilangan fokusku separah ini. Aku tidak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya. Kucoba menampar-nampar wajahku seraya menyadarkan diriku sendiri namun tetap saja gagal. Ntah pikiranku berlari kemana, meninggalkan ragaku disini. Aku disini, sendirian, lose focus.

Rabu, 18 Desember 2013

Anies Baswedan



Akhir-akhir ini nama Anies Baswedan populer dimana-mana. Terutama dikalangan anak muda terpelajar. Pak Anies Baswedan memang bukanlah orang baru terkenal. Beliau adalah pencetus program Indonesia Mengajar yang saat ini program tersebut telah sukses membuat para muda-mudi berprestasi Indonesia untuk turut andil dalam memajukan pendidikan di beberapa desa terpencil.

 
Anies Baswedan.
Pertama kali mendengar nama itu pada saat ayah saya sedang menonton sebuah acara TV, 3 tahun yang lalu (Saat itu, saya masih seorang mahasiswa baru). Waktu itu, ayah sempat memberikan komentar bahwa Pak Anies Baswedan adalah seseorang yang cerdas. Meski mendengar bahwa Pak Anies Baswedan adalah seorang yang cerdas, saat itu saya sama sekali belum tertarik untuk mencari tahu tentang beliau.

Beberapa bulan kemudian, beberapa teman kakak saya bercerita dan sedikit bertukar pikiran tentang program Indonesia mengajar. Begitu mendengarnya, tentu saja saya langsung sangat tertarik. Dengan penuh seksama, saya mendengarkan percakapan mereka. Karena sangat tertarik, malam harinya sayapun segera mencari tahu tentang program tersebut. Banyak artikel yang berkaitan dengan program Indonesia Mengajar, dan saya mendapati nama Pak Anies Baswedan sebagai penggagas program tersebut. Daaaaan, saat itulah saya mulai mengagumi Pak Anies Baswedan.

Tak berselang dari hari itu, ntah kebetulan atau bukan. Acara TV Favorit saya, Kick Andy mendatangkan tamu-tamu dari Indonesia Mengajar. Mereka yang datang adalah Pengajar Muda Indonesia Mengajar. Mereka adalah muda-mudi Indonesia yang sangat berprestasi. Saya sempat tidak percaya pada seorang bintang tamu yang juga sebagai Pengajar Muda. Ia  rela meninggalkan pekerjaannya di Singapura hanya untuk kembali ke Indonesia dan mengabdi sebagai pengajar muda dipelosok Indonesia. Saya sempat tak habis pikir kepada orang itu. Tapi setelah mendengar alasannya, sayapun berbalik menjadi sangat bangga kepada orang itu. Sungguh mulia hatinya, Meninggalkan sejumlah kenyamanan demi membantu memajukan pendidikan Indonesia dan menjadi seseorang yang bisa memotivasi anak-anak dipedesaan untuk bersekolah dan bermimpi besar sepertinya. Di acara Kick Andy saat itu, hadir pula Pak Anies Baswedan. Untuk pertama kalinya saya melihat beliau melalui acara TV. Dan, makin bertambahlah kekaguman saya kepada beliau setelah melihatnya berbicara saat menjawab pertanyaan dari Andy F. Noya. Jawaban beliau singkat namun jelas. Satu hal (lagi) yang saya suka dari beliau, yaitu senyum khasnya. Hehehe. 

Setelah acara itu, saya mulai menjadi pengagum beliau dan menjadi seorang pengoleksi tulisan para Pengajar Muda Indonesia Mengajar. Meski hanya melalui tulisan di blognya (para pengajar muda), banyak ilmu yang bisa saya dapatkan dari setiap cerita para pengajar muda Indonesia Mengajar. Setiap selesai membaca tulisan mereka, saya selalu berniat untuk ikut menjadi pengajar muda. Namun Sayangnya, sampai saat ini saya bukanlah seseorang yang berprestasi dan belum mampu menjadi inspirasi buat orang lain. :'(

Tidak hanya sampai ditahun itu, saat ini Pak Anies Baswedan kembali membuat saya terkagum-kagum. Sewaktu mendengar beliau mengikuti konvensi partai Demokrat kemarin, jujur saya sedikit kecewa. Saya takut pak Anies malah ikut-ikutan ngeparpol dengan segala macam baliho-baliho yang tidak jelas berjejeran dipinggir jalan. Saya takut pak Anies masuk dalam dunia hitam perpolitikan Indonesia. Tahukan Politik Indonesia saat ini kotornya minta ampun. Tapi, kekecewaan itu hanya sementara. Setelah melihat video saat beliau mengikuti konvensi dan membaca tulisan dari Pandji Pragiwaksono tentang keputusan beliau untuk ikut dalam pertarungan Pilpres 2014 mendatang, saya kembali terpukau. Dengan jargon "AYO TURUN TANGAN..!", Pak Anies Baswedan mengajak seluruh lapisan masyarakat, entah itu tua ataupun muda untuk ikut langsung dalam memperbaiki negara ini dan bersama-sama menyelesaikan masalah yang ada. Bersama-sama melunasi janji republik ini. Rame-rame menjadikan Indonesia lebih baik.

Jujur saja, sempat terlintas dalam benak saya untuk tidak ikut memilih pada Pilpres mendatang. Kenapa? Jawabannya, tentulah karena saya takut memilih calon yang salah. Takut ditanyain di akhirat kenapa pilih calon kek gitu.. hehehehe. Tapi, setelah mengetahui Pak Anies Baswedan akan ikut bertarung, niat tersebut pun saya batalkan. Saya ingin membantu beliau, dan mungkin salah satu caranya yaaa melalui bantuan satu suara saya. Dan khususnya, saya ingin INDONESIA BERUBAH.. Saya ingin negara ini punya presiden yang mau menggerakkan rakyatnya untuk sama-sama bekerja dan memperbaiki negara ini. Hal itulah yang saya lihat pada pak Anies saat ini dan akan terus berlanjut (Insya ALLAH). 

Oia, saya juga suka dengan jalan yang dipilih pak Anies Baswedan untuk kampanye. Tidak perlu mahal karena kampanye yang mahal (pasti) akan ditagih dimasa jabatan. Hehehehe


Buat kamu yang belum mengenal beliau, segeralah gugling. Cari tahu tentang beliau. Dan, mari Ikut andil dalam programnya.. Sudah saatnya kamu dan kamu (saya juga tentunya) menjadi pemilih yang cerdas. Jakarta sudah punya Jokowi, Surabaya sudah punya Tri Rismaharini, Bandung sudah punya Ridwan Kamil, Bantaeng sudah punya Nurdin Abdullah. Giliran Indonesia yang harus punya Anies Baswedan..!


 AYO TURUN TANGAN.. UNTUK INDONESIA YANG LEBIH BAIK...!Karena INDONESIA ini, INDONESIA KITA SEMUA..!




Selasa, 17 Desember 2013

Rumah

 Aku memasuki tempat itu. Tempat yang memiliki segudang cerita tentang pertumbuhanku. Tempatku belajar akan arti hidup dan kehidupan. Tempat yang mengajarkanku makna keluarga. Dan tempat itu adalah rumahku. 

Rumah.. 3 tahun yang lalu hanya kujadikan sebagai tempat menghabiskan malam minggu. Tempat favoritku menonton pertandingan sepak bola di malam minggu. Tempat yang menyediakan sejumlah alat untuk mencuci motor kesayanganku, Barny. Tempat yang selalu kurindukan disaat jenuhnya tugas sudah meracuniku. Tempat yang membuatku belajar akan siapa aku sebenarnya. 

Rumah.. 3 tahun yang lalu masih setia dengan personil lengkapnya. Aku dan keempat saudaraku, serta kedua orang tuaku.  Tempat kami saling bertukar cerita. Bertukar ide. Bertukar candaan. Bertukar kesedihan. Dan tempat yang mengajarkan kami akan arti sebuah keluarga dan bagaimana menjaganya.
Rumah.. 3 tahun yang lalu dengan personil lengkapnya dihari minggu selalu punya cerita. Selalu punya “jiwa”. Tempat yang selalu menawarkan kenyamanan untuk hati yang tengah bermasalah. Tempat yang selalu menyambut dengan sejumlah canda tawa setiap orang yang datang. 

Rumah.. 3 tahun yang lalu.. Yaaa.. 3 tahun yang lalu. Masih jelas teringat dalam ingatanku bagaimana tempat itu masih menjadi tempat ternyaman bagiku. Masih menjadi tempat paling kurindukan. Tempat yang masih memberikan kebutuhan akan haus “ketenangan” jiwa.
3 tahun yang lalu.. Saat personilnya masih lengkap dan belum sesibuk sekarang. Rumah menjadi tempat paling kudambakan. Rumah masih setia menjadi alasan untukku kabur dari hiruk-pikuk kota Makassar. 

3 tahun yang lalu. Yaa.. 3 tahun yang lalu. Dan aku merindukan itu semua. 

Rumah sekarang tak lagi memiliki “jiwa” seperti dulu. Sekarang, Ia pincang tanpa sejumlah personil tetapnya. Kesibukan personil tetapnya membuat tempat ini bukan lagi satu tempat yang menyediakan canda tawa dan senyuman. Sekarang, ia hanya sebatas tempat persinggahan. Bahkan di hari minggupun,  tempat ini tak lagi memiliki “jiwa”nya secara sempurna seperti dulu. 

Aaahh,, sebuah perubahan yang sangat menyayat hati. Mengetahui bahwa kita tidak lagi bisa berkumpul dan bercanda ria meski itu di hari minggu.  Tidak lagi mampu berkumpul bersama diwaktu bersamaan karena jarak dan kesibukan yang memisahkan kita. 

Aaahhh,, rinduuu.. aku merindukan suasana rumah 3 tahun yang lalu. Saat kita masih (setia) menghabiskan waktu malam mingguan bersama. Tidak seperti sekarang ini. Hanya berkumpul jika hari lebaran tiba. :(

Minggu, 15 Desember 2013

Ini pesanku untukmu, Adikku..


Seperti biasa saat menemukan sebuah jaringan dan PC atau Laptop aku pasti akan segera membuka Twitter, Facebook, Tumblr atau G+ku. Sebuah keharusan dan bisa dikatakan sebuah kebutuhan buatku untuk mengakses akun sosial tersebut setiap harinya. Apalagi untuk Twitter dan Fb. Harus dibuka setiap saat untuk tidak ketinggalan berita tentang kerjaan dan komunitas sosial yang kuiikuti saat ini. Maklum saja, keadaan dimana kami jarang bertemu membuat media sosial sebagai penghubung utama antar kami untuk berkomunikasi selain melalui telpon dan sms. Hehehe.

Kali ini, aku tidak ingin membahas tentang akun sosialku. Tapi, terlebih kepada akun sosial adikku. Yaa sebagaimana biasanya saat membuka twitter atau Facebook selalu saja kusempatkan untuk men-stalk-ing akun saudara-saudaraku. Kami yang mulai jarang bertemu satu sama lain karena kesibukan, membuatku hanya mampu memantau keadaan Kakak serta adikku dari akun sosialnya. Akun yang berada pada urutan pertama untuk kucari tahu adalah kakak perempuanku Indah Iswary. Karena jarak kami yang sangat jauh saat ini, maka Ia menjadi urutan pertama. Sekedar memantau keadaannya. Dan tak lupa memberitahu Ibu jika menemukan hal-hal aneh terhadapnya (seperti saat Hapenya hilang sesaat).

Akun kedua tentu saja Adikku. Begitu membuka akunnya, aku sedikit terhenyak. Ava serta header twitternya membuatku sedikit terganggu. Avanya berisi foto Ia dan seorang laki-laki yang dari papan nama yang tertempel di Seragamnya Bernama : titik.titik.Nuralam. Dari header serta isi bio twitternya aku bisa memastikan nama panggilan laki-laki sebayanya itu Alam. Dan dari isi bio itupun aku memastikan kalau orang itu (mungkin) pacarnya.

Setelah beberapa kali scroll ke bawah banyak hal baru kudapatkan dari isi tweetnya. Baik itu tentang sekolah, persahabatannya dan juga hubungannya dengan laki-laki itu. Sedikit banyak, anak itu mampu membuatku geleng-geleng kepala. Dan, tentu saja ini cukup mengkhawatirkanku. 

Oleh karena itu, kusempatkan waktu untuk menuliskan ini. Karena (mungkin saja) dengan tulisan ini, hatinya sedikit tergugah untuk lebih berhati-hati di akun sosialnya. 


Dik, Kakakmu ini tahu betul kalau saat ini kamu sedang melalui masa yang paling menyenangkan. Tapi, perlu kau ketahui dik, Masa yang menyenangkan itu tak perlulah dilalui dengan yang namanya Pacaran. Meski kita bukanlah berlatarkan keluarga agamis, tapi pacaran bukanlah sebuah hal yang boleh dilakukan. Kamu boleh berteman dengan siapapun. Dengan laki-laki manapun. Tapi, ingatlah dik. Pacaran itu bukan jalan yang baik untuk dilalui. Bahkan sama sekali tak ada baiknya. Jikalaupun kamu merasa suka terhadap lawan jenismu, maka itu sebuah kewajaran. Tapi, jauh lebih baik jika rasa itu disimpan rapi sendiri. Jika kamu berkata, "aku mencintainya". Maka sudah bisa kupastikan, bahwa itu bullshit belaka..! Anak diusiamu belum mampu dan masih belum tahu soal cinta-cintaan. Cinta itu rumit dik. Usiamu belum mampu menjawab itu semua. Kakakmu inipun masih saja belum mampu mengatakan cinta pada seseorang. Cinta itu rumit, Dik. Dan Jika kamu betul-betul ingin tahu apa arti dari Cinta, maka banyak-banyaklah bersujud di hadapan-Nya. Karena hanya Ia, yang memiliki cinta paling hakiki.

Jika kamu mengatakan bahwa aku ini kolot, kampungan, dan tidak mengikuti jaman. Itu wajar. 
 Tapi ijinkan aku bercerita sedikit padamu, Dik. Aku punya banyak teman. Aku mengenal orang-orang hebat. Pun, aku banyak mengenal teman diusia sebayamu. Tapi tahukah kamu, mereka semua itu memilih untuk tidak pacaran.. Mereka memilih untuk berlomba-lomba menjauhi maksiat itu. Mereka ramai sibuk mendekatkan diri dengan-Nya. Mereka berprestasi jauh diatasmu. Dan hebatnya mereka sama sekali tidak Berpacaran. Maka ijinkan aku bertanya, Jaman manakah yang saat ini kamu temui?? Jaman yang kutemui sekarang di kota, yaaaa seperti yang kuceritakan tadi. Jaman yang mulai menghindari pacaran dan maksiat. 

Aku mungkin bukan kakak yang baik bagimu. Tapi, ingatlah aku ini masih kakakmu. Masih sebuah keharusan bagiku untuk meluruskan jalanmu. Masih sebuah kewajiban bagiku melarangmu. Aku ini hanya ingin melihatmu sukses dan bahagia tanpa melalui jalan yang salah. Adikku, belum terlambat untuk mengakhiri semuanya. Kamu hanya tinggal berusaha untuk menjauhinya dan jangan pernah mencoba kembali. Karena Hidup ini hanya sementara. Yuukk, kita Jadikan surga sebagai Tujuan. Menjadikan diri ini sebagai alasan kedua orang tua memperoleh surga.


Jika kau berkenan, ulangi kembali membaca buku "Yuuk, Putusin Aja" karya Ustadz Felix Siauw... oia, (pun) jika kamu berkenan, maka gantilah ava dan header twittermu. Ingat, itu akun sosial. Kakak-kakak lelakimu (mungkin) saat ini belum menegur. Tapi, cepat atau lambat pasti kamu akan ditegur oleh Kakak kita. Hehehehe. 

-  Semoga Allah menghindarkanmu, aku dan keluarga kita dari sejumlah fitnah dan musibah.. Amin. Allahumma Amin.. -

Salamku, 
Kakak yang berusaha menjadi contoh yang baik bagimu.



Foto bersama Kakak Tertua (Laki-laki) dan Istrinya, Kakak Perempuan (Paling kanan), adik sepupu (Baju biru) serta Adikku (paling belakang, baju abu-abu) di Bantimurung, Maros.