Selasa, 09 April 2013

JANGAN SEPERTI SAYA...!


Sehabis Shalat maghrib kemarin malam, saya tiba-tiba saja tersadar akan “bayaran” ALLAH kepada saya beberapa waktu yang lalu. Bayaran yang saya maksud disini adalah tidak lain yaitu rejeki yang diberikan ALLAH kepada saya. Mungkin salah satu dari Anda bertanya, apa spesialnya? Bukankah setiap hari saya juga menerima rejeki?
Ya. setiap hari bahkan setiap detik saya menerima rejeki. Tapi, saya ingin menanyakan kembali, pernahkah Anda mendapatkan rejeki yang Anda inginkan dari sedekah Anda? Mungkin ada yang menjawab iyya, dan adapula yang menjawab tidak. Dan saya melalui cerita ini akan sedikit berbagi cerita tentang Rejeki yang saya dapatkan setelah bersedekah.
Saya ingat betul Ramadhan tahun lalu. Ramadhan kedua yang paling berkesan selama hidup saya. ramadhan tahun lalu, saya secara sadar menyedekahkan hampir keseluruhan uang THR yang saya dapatkan. Jumlahnya tidak banyak. Hanya Rp. 900.000. Waktu itu, saya menyedekahkannya dalam 2 tahap. Pertama 500ribu dan setelahnya 400ribu. Waktu itu niat saya sedekah karena saya pengen punya Kamera DSLR canon 50D. Mungkin Anda lagi-lagi bertanya, kenapa uangnya malah saya sedekahkan? Bukannya ditabung.
Pertanyaan yang sangat bagus. Haha.. :D
Kenapa saya sedekahkan? Jawabannya karena saya percaya teori sedekah 1 “bayarannya” 10. Teori sedekah dalam Q.s. Al- An’am ayat 160 yang pernah diajarkan Ustad Yusuf Mansyur disalah satu acara tausiyahnya. Waktu itu, ntah dirasuki malaikat apa, saya menyedekahkan full uang milik saya.
Namun setelah saya bersedekah, timbul pertanyaan. “Bagaimana ALLAH bakal ngasih saya 9juta (900ribu dikali 10 kali lipat. Harga Canon 50D skitaran 9 juta)? Saya masih mahasiswa yang sedikitpun tak punya sumber penghasilan selain dari orang tua. Masa Cuma doa? Kan teorinya yaitu Usaha, doa, sedekah”. Pertanyaan itu selalu dan selalu muncul dikepala saya. sebulan setelah puasa, saya mulai sedikit ragu. Tapi, tak apalah. saya masih saja berdoa dan terus berpikir positif dan membayangkan siapa tau saja ALLAH titipkan kamera tersebut melalui Ayah saya. Saya bahkan membayangkan siapa tau saja ada seorang teman Ayah saya yang mau memberikan sebuah kamera DSLR kepada Ayah saya, lalu kemudian Ayah saya memberikan kamera tersebut ke saya. begitu  sangat rinci saya membayangkannya.  Hahaha :D
2 bulan lewat dan sedikitpun tak ada tanda-tanda. 3 bulan lewat, dan masih saja tak ada perubahan. Saya mulai sangat ragu ketika ternyata pengumuman Beasiswa kampus keluar dan nama saya tak ada. Satu-satunya sumber rejeki yang mungkin bisa menjadi modal buat beli kamera.
Akhirnya, dibulan desember saya mulai melupakan persoalan tersebut. Saat itu, Saya fokus berdoa agar ada rejeki buat beli tiket untuk ke  Singapura. Dan Alhamdulillah, rejeki saya waktu itu lumayan baik. Persoalan pembayaran tiket selesai. Tapi, masalah lain muncul, yaitu uang buat jajan selama disana. Akhirnya, saya terus-terusan berdoa untuk diberikan uang 2,5 juta buat jajan disingapura. Dan, ini ALHAMDULILLAH banget, sekitar sebulan saya berdoa, Ayah saya menjanjikan saya uang buat jajan 10 juta. Angka yang super fantastis. Berulang kali beliau memastikan angka tersebut, dan berulang kali pula saya menolak. Kenapa? Tentu saja jawabannya, Angka tersebut terlalu besar untuk seorang anak seusia saya. “toh, saya kesana juga bukan buat belanja” ujarku setiap kali ditanya kenapa tidak mau. Akhirnya setelah beberapa kali nego, Ayah saya memberikan uang 5 juta buat jajan disana. Angkanya masih saja besar buatku. Tapi, apa boleh buat kali ini Ayah saya sangat memaksa. Tapi, tunggu dulu, bukan hanya 5 juta, nenek saya dengan baik hatinya mau memberikan uang 1 juta untuk jajan disana. Maka jadilah, saya punya 6 juta lebih (plus uang tabungan saya) buat jajan di Singapura.
Februari 2013, 2 minggu sebelum keberangkatan saya ke Singapur, Ayah mendapatkan hadiah sebuah kamera Nikon D90 dari seorang rekannya. Dengan penuh harap, saya bermaksud ingin meminjam kamera tersebut untuk ke Singapur. Namun, setelah 3 hari berpikir resiko dan tanggung jawab akhirnya saya mengurungkan niat tersebut, dan lebih memilih meminjam kamera 1100D milik kakak tertua saya. Pulang dari Singapur, saya masih saja menjadi manusia bodoh yang tidak sadar akan semua kejadian diatas. Sampai akhirnya kemarin malam, barulah saya tersadar setelah membuka catatan kecil sebelum saya ke Singapura. Apa yang saya sadari? Tentu jawabannya Tidak lain yaitu “bayaran” ALLAH terhadap sedekah saya. Tahukah Anda berapa jumlah “bayaran” ALLAH kepada saya? “Bayaran” ALLAH begitu fantastis. Bukan 9juta seperti yang saya pikirkan waktu itu. Tapi, 12 juta + 1 kamera Nikon D90, Yang Jika ditotalkan hampir 18 Juta. 20 kali lipat dari sedekah awal saya. Tapi,,,  Mungkin Anda akan berkata,  “Kamera itukan bukan punya saya”. Ya. memang benar. Kamera itu Bukan punya saya. Tapi, setidaknya itu milik ayah saya, yang bisa saya pinjam sewaktu-waktu. Saya sudah sangat senang karena apa yang saya bayangkan dulu tentang kamera dan Ayah saya menjadi kenyataan. Hampir sama. Bahkan mungkin sama. Luar biasa. 20 kali lipat bayaran Tunai plus bayaran-bayaran lainnya dari ALLAH yang tak akan mungkin bisa saya ataupun Anda kalkulasi secara rinci. Bayaran lainnya apa? Bayaran lainnya yaitu mimpi-mimpi saya, serta doa-doa saya, yang dengan baiknya ALLAH mau ijabah dengan segera. Bayaran yang bahkan nilainya lebih 100 kali lipat dari nilai sedekah saya.
Sekarang, saya menjadi sangat-sangat malu kepada ALLAH. Malu karena saya sempat ragu terhadapNya. Malu karena sangat lamban menyadari akan “bayaran”Nya. Malu karena “bayaran”Nya sangat besar dibanding sedekah saya. dan Malu karena masih saja sering tidak menjalankan perintahNya.
Buat Anda, yang membaca tulisan ini. Saya Cuma berpesan :

1.       JANGAN SEPERTI SAYA. Telat menyadari "bayaran"Nya dan Ragu terhadap janjiNya. Karena janji ALLAH itu pasti benar adanya. Dan percayalah pada setiap teori yang ada pada AL-Qur’an.
2.       Jika Anda menginginkan sesuatu. Sedekahlah. Pancing keinginan Anda dengan sedekah. Jika tak terjawab di dunia, bersabarlah. Mungkin saja akan terjawab di Akhirat.
3.       Bayangkan yang baik-baik. Kalau perlu bayangkan secara rinci. Karena kejadian di dunia ini terjadi 2 kali. :D

Terakhir, ANDA yang sedang membaca tulisan ini. “SAYA MENANTANG ANDA, UNTUK MEMBUKTIKAN TEORI 10 KALI LIPAT ITU. Berani??”