Kita saling menatap. Perlahan kutarik
keatas kedua pipiku, mengembangkan senyum lebar kearahmu. Kaupun tersenyum sama
lebarnya. Aku menatap matamu dalam, berusaha mencari diriku. Masih dengan
senyuman itu, kucoba merangkai Tanya untukmu dalam hati. “Siapa aku dimatamu?
Bagaimana aku menurutmu? Apakah aku masih sama dengan yang dulu?” Tanyaku dalam
hati. Tak sepatah katapun keluar dari mulut kita. Kubiarkan hati kita yang
saling menjawab. “Kamu banyak berubah. Banyak hal yang harus kamu tinggalkan
untuk menjadi lebih baik” jawabmu lewat tatapan itu. Aku mendengarmu perlahan
menasehatiku. Menasehatiku dalam diam, dalam sebuah rangkai penuh
kebijaksanaan. Aku diam terpaku, dan mencermati setiap nasehatmu. “Kamu harus
berubah. Tinggalkan semua hal yang bisa membuatmu malas. Berhentilah menunda.!”
“Berhentilah untuk berambisi bisa melakukannya
sendiri dalam satu waktu. Kamu tetaplah manusia biasa, yang sesekali
membutuhkan bantuan. Ingat itu..!”
Nasehatmu lembut, namun menusuk. Yah,
menusuk tapi hal itulah yang saat ini kubutuhkan. Aku butuh ditampar, untuk
menyadarkanku bahwa ini adalah dunia kehidupan. Dunia dimana kenyataan berbanding
terbalik dengan harapan.
“Bangunlah lagi. Perlahan, lakukan
semua yang ingin kamu lakukan sekarang. Mulailah dengan merangkak, hingga kamu
mampu berdiri dan berlari. Seperti dulu, saat kamu masih di umur 19 tahunmu.
Disaat semua mimpi masih menggantung didepan matamu. Saat sakit hatimu membakar
jiwa sehingga membuatmu berlari mengejar semuanya. Saat dimana kamu masih belum
mengenal kata jenuh.”
“Kumohon bangunlah. Berdirilah jika
saat ini kamu tak mampu untuk berlari. Aku benci melihatmu terpuruk dalam
lembah kemalasan. Kamu bukanlah dirimu saat ini.”
“Come on Laenk.. Ruuuunnnnnn..!!!!”
teriakmu. Suaramu keras sekali. Kata-katamu menembus tulang dan kulitku, bercampur
dengan darahku. Menjalar ke seluruh bagian tubuhku. Aku merasa baru saja
terkena sebuah petir. Mengagetkan sekaligus menyadarkanku.
Kutatap sekali lagi matamu dengan
tajam. Senyumku makin melebar. Kuucapkan ratusan terima kasih padamu dalam
hati. Terima kasih untuk nasehatmu. Terima kasih untuk tamparanmu. Dan terima
kasih masih setia menemaniku dalam keadaan apapun. Sekali lagi, terima kasih.
Untukmu, diriku. Dalam bingkai cermin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar