Pukul 05.00 pagi, kamar tiga Pondok Soppeng yang kuhuni bersama 9 orang teman cewek lainnya sudah mulai menampakkan aktivitasnya. Berada pada urutan pertama Risma Nofianti atau yang akrab dipanggil
Imma melakukan ritual subuh yang selanjutnya kemudian diikuti oleh teman lainnya dan juga aku tentunya. Ritual subuh yang jika tak berada ditengah keramaian atau tidak meniatkan dengan sempurna selalu saja punya alasan bagiku untuk meninggalkannya. Setelah salat subuh, seperti biasa hp menjadi urutan kedua yang kusentuh setelah mukenah dan sajadah. Setelah beres mengirimkan sms kepada beberapa orang dipagi hari dan beres pula memasang tweet, akupun melanjutkan sentuhanku ke barang kesayanganku yaitu kamera. Setelah sedikit mengecek baterai dan kesiapan memory card menampung kenarsisan, akhirnya akupun memutuskan untuk keluar kamar dan segera menuju bibir pantai. Meskipun adanya sedikit peristiwa dikamar yang membuat badmood, niat
bulat untuk menjumpai sunrise dan bayangan indah Pantai Bira di pagi
hari membuatku sangat bersemangat,
Sayangnya, semesta tak sepenuhnya mendukung niatku. Pagi itu, matahari seakan malu menyapa. Tak ada tanda bahwa Mentari akan menyengat hangat. Hujan yang turun dimalam sebelumnya membuat Mentari enggan untuk menyapa mesra dengan panasnya. Akhirnya, niat mengabadikan suasana pagi hari di bibir pantai Bira pun berubah menjadi mengabadikan sejumlah kenarsisan bersama sebelum menceburkan diri kedalam air garam.
Setelah puas bernarsis ria, akhirnya akupun mulai menceburkan diri ke dalam birunya air garam Pantai Bira. Meski masih bisa dikatakan teramat sangat pagi untuk mulai bermandi-mandi ria di pantai, namun aku dan teman-teman tetap saja asik sendiri. Segala penat dan badmood hilang seketika setelah berinteraksi dengan air. Memang sudah sangat lama aku tidak bermain air di Pantai. Bahagia badai cetar membahana deh setelah bisa berenang di pantai lagi. Senyum mengambang lebar diwajahku, terlebih ketika ajakan Wawan untuk mencoba Banana Boat. Meski baru pertama kali, namun sama sekali tak ada rasa takut melintas di benakku. Malahan aku dengan sangat bersemangatnya meminta untuk dilempar. Bersama Mamat diposisi paling depan, aku dan kelima teman lainnya mengendarai Banana Boat menyusuri tengah pantai. Melihat birunya air laut dan kegilaan Mamat dengan sengaja menukik-nukikkan ke kiri dan ke kanan banana boat membuat adrenalinku semakin meningkat. Setelah 2 kali memutari tengah pantai, akhirnya Boat yang menarik banana boat kamipun melempar kami ke tepi. Sedikit kaget dan panik karena belum siap, untung saja Pak ketua Arfah menolongku dengan menarik pelampungku keatas dan membantu menarikku ke tepian pantai. aaahhhh,, Senang dan puaass rasanya.
Namun, kesenanganku tidak berhenti sampai disitu. Setelah semuanya mencoba menaiki Banana boat, kami kemudian memutuskan untuk menyeberang ke Pulau seberang Pantai Bira sekaligus mengunjungi penangkaran Penyu dan tak lupa snorkling. Setelah beberapa kali nego, akhirnya kamipun berangkat dengan menggunakan 2 Boat dengan 6 alat snorkling. Meski sudah merasa lama berada di pantai, namun ternyata waktu enggan berjalan cepat. Pukul 08.30 kamipun menuju penangkaran Penyu yang terletak di tengah lautan. Hanya sekitar 10 menitan, kamipun sudah sampai ke tempat penangkaran itu. Namun, sayangnya untuk menaiki tempat penangkaran tersebut, kami diharuskan membayar Rp. 5000. Sedikit panik, tak seorangpun membawa uang karena tidak adanya pemberitahuan dari sang Pemilik Kapal sebelum kami berangkat. Beruntung, sang pemilik membiarkan kami membayar jika sudah sampai didaratan. Hahahaha.
20 menit berinteraksi dengan penyu-penyu penghuni penangkaran, perjalanan pun dilanjutkan kembali. Tempat snorkling menjadi tujuan selanjutnya. Deru mesin serta percikan air disisi badan boat menemani perjalanan. Tak lama, hanya sekitar 5 menit terumbu karang sudah menyapa kami. Beberapa teman yang jago berenang seketika melompat sesaat setelah deru mesin mati. Aku yang masih amatiran, mencoba perlahan untuk turun dari boat. Setelah menyesuaikan melayang dengan pelampung, akupun mulai mencoba memakai kacamata snorkling dan mulai belajar untuk bernapas melalui pipanya. Beberapa kali mencoba dan gagal, akupun memutuskan untuk tidak menggunakan pipa saja. Dan ternyata dengan cara seperti itu, aku malah bisa bertahan lebih lama didalam air. Hahaha..
Suatu keberuntungan bagi kami, karena meski waktu sudah mulai memasuki pertengahan hari, namun Matahari enggan menyapa dengan sengat panasnya. Puas ditempat pertama, sang Pemilik Kapal kemudian mengajak kami untuk berpindah ke tempat yang lainnya yang lebih dalam. Ditempat kedua ini, aku mulai terbiasa. Ditempat kedua ini, keindahan terumbu karangnya lebih menjanjikan. Meski agak lebih jauh ke bawah, namun terumbu karang ditempat kedua ini jauh lebih besar dan beragam. Ikan-ikan kecil seperti nemo dan teman-temannya lebih terlihat. Tidak mau kalah dengan nemo, Patrick berwarna biru juga ikut memuaskan mata. Rasanya tak ingin beranjak dari tempat itu. Namun sayangnya, binatang Jelly favorit spongebob mulai menyerang dengan membuat tubuh kami gatal dimana-mana. Setelah puas bernarsis ria dengan alat snorkling di tengah laut, akhirnya kamipun naik ke boat lalu melanjutkan perjalanan menuju Pulau seberang.
Dipulau itu tak banyak hal kami lakukan. Hanya bernarsis ria dan sedikit becandaan dengan saling mencela satu sama lain. Maklumlah, tenaga kami sudah terkuras banyak dengan snorkling. Alhasil, dipulau itu kami hanya sekedar istirahat dan rebahan di balai-balai yang tersedia lalu kemudian berfoto bersama dan segera menaiki boat lalu kembali pulang. Diatas boat, kami sangat berharap Lani yang stay di Pondok sudah bersedia memasak nasi untuk kami santap. Yaah, 2 jam berenang cukup mampu membuat kami dan terlebih aku, sangat kelaparan. Ditambah lagi, ombak yang mulai meninggi membuat kondisiku sedikit menurun dan mulai merasakan akan mabuk laut. Sedikit yang makin membuat mabuk adalah saat boat yang kutumpangi harus berhenti beberapa saat ditengah laut karena kipas mesin tersangkut jaring nelayan. Setelah semuanya beres boatpun melaju ke tepi pantai dan menurunkan kami tepat di posisi kami awal. Kamipun turun, dan segera pulang ke Pondok untuk mengambil uang dan membayar tagihan biaya masuk penangkaran penyu yang belum kami bayar.
Daan,, setelah urusan bayar membayar tuntas, saatnya makaaan Indomie dan berebut Kamar mandi. Hahahaha
Selasa itu, Bira memberikan sejumlah cerita penuh kenangan yang serba Pertama kali dan yang teramat berkesan. Terima kasih ALLAH. Terima kasih Om dan Tante Ortunya Mamat (untuk makan sorenya). Terima Kasih Pantai Bira. Terima Kasih Tuan Penyu. Terima Kasih Patrick, Nemo, Ubur-ubur dan Terumbu Karang. Terima kasih Pulau Seberang Bira. Terima kasih langit di pagi siang sore hari. Dan Terima kasih untuk Kalian, 18 Manusia Penghuni Reguler Sore Transportasi 2010 (plus Muhammad Akbar). Kaliaaaaaannnnn Luuuuuuuuuaaaaaarrrrrrrr Bbbbbiiiiiiiiaaaaaasssssssssssaaaaaaa..
Kreen Blog mu Ratih... ^^
BalasHapusMakasih icha..
BalasHapusterima kasih pula sudah berkenan mampir.. hehehe :)