Aku ingat malam itu.
Kelam sekali. Aku begitu takut. Dan mungkin
saja sudah beralih kepada ketakutan.
Malam itu,
Detik waktu berjalan sangat lambat. Aku terjaga
hingga larut. Kejadian yang hanya berselang 4 jam menerorku terus menerus. Mataku
sembab bukan main. Nafasku tercekat. Aku tidak mampu memejamkan mataku. Aku begitu
takut sekali. Untuk pertama kalinya aku merasakan takut seperti itu –aku berharap
itu cukup sekali—lututku dingin bukan main. Saat itu, aku berharap pagi tak datang.
Biarkan saja terus larut malam. Aku berharap waktu berhenti saat itu. Aku tidak
ingin melihat hari esok dan aku sama sekali tak ingin bertemu siapapun.
Ntah sudah pukul berapa. Aku tidak peduli lagi
pada waktu. Aku baru saja dipukul jatuh. Tersungkur ditanah. Begitu keras
pukulannya hingga tak tersisa lagi sedikitpun tenaga untukku bangkit
kembali.
“tenanglah..
Tuhanmu maha adil. Maafkan saja dirimu, dan tidurlah” bisik hatiku.
“Tuhan, peluk aku.. Kumohon”
“Tidurlah. Besok
saat kau terbangun, kau akan tahu hadiahKu untukmu”
*****
*Hari berjalan, hingga tak terasa sudah empat bulan lebih aku tertidur pulas sekali. Sampai suatu
waktu, Tuhanku membangunkanku. Rupanya Ia menghadiahkanku sebuah kado. Indah sekali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar