Rabu, 20 November 2013

Selasa

 Selasa, 19 Nopember 2013 menjadi sebuah hari pertama dalam sekian banyak hari dimana saya betul-betul sedang berada pada sebuah titik kekosongan. Sejumlah pemikiran yang sering menghampiri dan memenuhi otak saya ntah kenapa hilang tak bersisa sedikitpun pada hari itu. (mungkin) Efek luar biasa dari sejumlah kepenatan memuncak sehingga menghasilkan perbuatan tolol dan egois yang berujung pada kesunyian.
Ah,, kemarin.. Selasa, 19 Nopember itu. Seharian dikamar tanpa sedikitpun berkomunikasi dengan dunia luar cukup menjadikan saya lebih mengerti dan memahami apa arti dari sunyi sepi. Sakit yang menyapa seakan menemani perjalanan menghabiskan waktu untuk mencari arti dari “kegilaan” ini.

Seharian dikamar. Tanpa suara berisik sms dan telpon. Tanpa suara merdu dari sejumlah penyanyi pilihan melalui speaker laptop. Dan tanpa seorangpun. Hanya ada saya dan Tuhan. Begitu nikmat sampai saya terlena dalam bingkaian sunyi itu. Bahkan senyum pun tak lagi mau bekerja sama pada hari itu. Ntah kenapa.
Jika saat ini, ada yang bertanya kemarin saya kenapa? Maka, maafkanlah jika saya hanya menjawabnya dengan sebuah senyum lebar. Karena, bahkan saya sendiripun sungguh tidak mengetahui apa yang sebenarnya menjadikan saya seperti itu kemarin. Terlalu munafik rasanya, jika menjadikan sakit sebagai alasan.

“Akankah sebuah kebingungan?” Hmm, mungkin saja. Meski saya tidak yakin betul. Terlalu banyak hal yang terjadi dan saling terikat yang (mungkin) menjadikan saya bingung. Bingung untuk memahami apa maksud dari sejumlah hal tersebut. Dan sangat bingung untuk memilih menjalani yang mana.
Ah, sudahlah. Toh, sekarang saya sudah mulai menyapa dunia lagi meski sebenarnya belum mampu keluar dari kesunyian dan kebingungan. Sampai kapan? Maka jawabnya, sampai saya menemui satu alasan tepat untuk meredam kebingungan dan menepis kesunyian yang sekarang tengah menghampiri. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar