Ah,, kemarin.. Selasa, 19 Nopember itu. Seharian
dikamar tanpa sedikitpun berkomunikasi dengan dunia luar cukup menjadikan saya
lebih mengerti dan memahami apa arti dari sunyi sepi. Sakit yang menyapa seakan
menemani perjalanan menghabiskan waktu untuk mencari arti dari “kegilaan” ini.
Seharian dikamar. Tanpa suara berisik sms dan telpon.
Tanpa suara merdu dari sejumlah penyanyi pilihan melalui speaker laptop. Dan
tanpa seorangpun. Hanya ada saya dan Tuhan. Begitu nikmat sampai saya terlena
dalam bingkaian sunyi itu. Bahkan senyum pun tak lagi mau bekerja sama pada
hari itu. Ntah kenapa.
Jika saat ini, ada yang bertanya kemarin saya kenapa?
Maka, maafkanlah jika saya hanya menjawabnya dengan sebuah senyum lebar.
Karena, bahkan saya sendiripun sungguh tidak mengetahui apa yang sebenarnya
menjadikan saya seperti itu kemarin. Terlalu munafik rasanya, jika menjadikan
sakit sebagai alasan.
“Akankah sebuah kebingungan?” Hmm, mungkin saja. Meski
saya tidak yakin betul. Terlalu banyak hal yang terjadi dan saling terikat yang
(mungkin) menjadikan saya bingung. Bingung untuk memahami apa maksud dari
sejumlah hal tersebut. Dan sangat bingung untuk memilih menjalani yang mana.
Ah, sudahlah. Toh, sekarang saya sudah mulai menyapa
dunia lagi meski sebenarnya belum mampu keluar dari kesunyian dan kebingungan.
Sampai kapan? Maka jawabnya, sampai saya menemui satu alasan tepat untuk meredam
kebingungan dan menepis kesunyian yang sekarang tengah menghampiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar