Aku
menyapa dunia hari ini. Setelah seharian menyendiri dalam kamar sehari
sebelumnya. Senyum perlahan mulai menghampiriku meskipun sakit masih saja
berusaha mengajakku untuk nge-date.
Bangun
pagi dengan masih saja kedinginan meski matahari sudah meninggi, tak
menyurutkanku untuk ke kampus hari ini. Resiko besar tentu berada didepanku.
Yah, tidak lain resiko drop karena perubahan cuaca yang sedikit extream dan pola hidupku yang (masih)
saja kurang teratur. Hahahha.
Dikampus,
tak banyak hal yang kulakukan. Toh kenyataan bahwa aku sudah lulus membuat
kampus saat ini hanya sebatas sebagai tempat nongkrong tidak jelas. Hahahaha.
Hembusan
semilir angin yang menerpa setiap saat semakin meyakinkanku, bahwa saat ini aku
memang sedang tidak baik-baik saja. Baru kali ini aku mengakui bahwa tubuhku
berada pada level tidak baik. Sejumlah pemikiran yang kembali muncul tentang
banyak hal (mungkin) akan semakin memperburuk kondisiku.
Bodoh
memang.. disaat seharusnya pikiran positif dan sejumlah semangat menjalani hari
mengisi otak, diri ini malah memilih
untuk memikirkan penyelesaian dari sebuah dilemma yang tidak lain hasilnya
adalah kebingungan. Hahahahaha..
Yaah,
dilemma memang sedang menghantuiku. Sejumlah kekhawatiran dari orang-orang
dekatku membuatku semakin berada pada titik dilemma. Dilemma masa depan
pendidikankah? Ya. Salah satunya itu. Tapi, sudah tahukan kalau itu akan
terjawab dibulan Januari atau Pebruari mendatang.. :D
Dilemma
sesungguhnya terjadi karena sebuah ketakutan pada kebenaran dan rasa bersalah.
Hufft.. Rasa bersalah yang tak bertuan semakin memperparah kebingungaku. Ahh, Aku
sama sekali tidak akan seperti ini jika saja tidak menyimpan cerita masa lalu.
Aku sama sekali tidak akan berada pada titik dilemma jika saja semua hal yang
dulu mengisi pemikiranku kini hilang tak tersisa. Hal yang kutakutkan selama
ini akhirnya terjadi juga. Berada pada posisi berat. Melupakan untuk selamanya
ataukah masih mengharapkannya. Seseorang yang setiap saat selalu (bisa) muncul
ke pemikiranku, akankah mampu kuhapus? Sang Penyemangat, actor dalam setiap
frame mimpi dan pengisi harapan disetiap lantunan doa, akankah bisa
tergantikan?
Ah,
sudahlah.. Mungkin sebaiknya diri ini memilih fokus memperbaiki kesehatan lebih
dulu. Lalu, selanjutnya memikirkan sebuah jawaban tepat dan akurat untuk
permasalahan dilemma diatas.
-Jika saja
“Kamu” menemuiku dalam sebuah ketidakfokusan, kumohon maafkanlah. Dilema ini
mungkin saja akan terus mengikutiku sampai waktu yang belum ditentukan-
-Jika saja
“Kamu” masih setia mengkhawatirkan keadaanku, kumohon tetaplah seperti itu dan percayalah
aku akan baik-baik saja meski tidak sepenuhnya baik-
- Dan, Percayalah
“Kamu”. Senyum dan tawa masih akan setia menemaniku. Meski itu hanya sebatas
perisai-
*Karena, hanya tertawalah satu-satunya tempat
persembunyian paling indah didunia ini.*