(Semoga Allah senantiasa mengampuni saya)
Belakangan ini negative thinking selalu saja
menghampiri saya. Bukan ke semua aspek, negative thinking ini lebih ke hubungan
yang sedang saya jalani. Hubungan ke siapa? Ke teman dekat saya.
Yap.
180° dunia saya berubah. Atau lebih tepatnya pikiran
saya. Obrolan tentang pernikahan yang kian membanjiri lini masa, bahan obrolan
sampai chat pribadi maupun grup membuat pikiran saya crowded. Kenapa? Saya juga sama sekali tidak mengerti. Tapi, jujur
saja saya mulai merasakan (mohon maaf) hal memuakkan ketika seseorang mulai
menanyakan, “jadi, kapan nikah tih? Semuanya kan sudah aman. Apapi lagi?” atau
“sudah lebaran atau sebelum. Apapi lagi? cepatmko. Atau perlu saya kode masmu?”
hoel.
Tarikan nafas panjang selalu saja berjalan bersama
dengan jawaban “doakan saja. Insya Allah segera”.
Well, saya memang sudah berada pada usia dimana “menikah”
dan membahas soal nikah adalah satu hal wajar dan harus menjadi makanan
sehari-hari. Sayangnya, bahasan soal nikah ini sudah terlalu menyesakkan.
Sehingga kepala saya sudah mulai meragu apakah memang saya sudah siap. -Terlepas dari adanya beberapa hal yang semoga
saja kamu mengerti.-
Kepala saya memaksa saya untuk berjalan ke kata “Sudah
siapkah saya?”.
“sudah yakinkah saya bahwa dengan menikah saya akan
menjadi jauh lebih mencintaiNya?”
Atau pertanyaan paling sarkastik yang selalu muncul di
kepala saya yaitu “Beneran pengen nikah? Ini bukan sekedar mencoret pencapaian
kan?”
What a damn it question.
Kepalaku kok munculin pertanyaan kayak gitu yaa?
Hahahahahahaha.
Tapi, sangat betul sekali. Sudah yakinkah saya bahwa
menikah ini adalah untuk beribadah dan bukan semata hanya untuk mencoret
pencapaian? Hm… jawaban inilah yang mungkin membuat kepala saya sampai sekarang
ini crowded. Sehingga belakangan ini
saya terkesan menjadi zombie. Kepala penuh dengan pikiran yang kurang jelas.
Belum lagi fisik yang sudah mulai menyalakan lampu kuningnya.
Oh, Allah. Sungguh, hanya kepadaMulah hamba kembali….