“ya gimana lagi, aku terpaksa memilih untuk sementara waktu
dirumah dulu karena anakku masih kecil, walaupun sebenarnya aku pengen banget
melanjutkan studiku ke luar negeri”
“iya, aku sudah resmi pisah dari suamiku, mau gimana lagi, dia
nggak pernah bisa berubah”
“biaya sekolah anakku mahal banget, terpaksa aku lembur terus,
soalnya kasian kalau anakku harus sekolah di sekolah negeri biasa, takut nggak
nyambung kalau main sama temen-temennya dikomplek yang sekolah di international
school”
***
Sering kita dihadapkan pada pilihan-pilihan yang sulit, yang
kadang semakin sulit karena ada tuntutan dari orang sekitar. Dari keluarga,
teman, tetangga, suami, anak dan bahkan diri sendiri.
Seorang ibu yang
memilih untuk melanjutkan studi, dipandang nyinyir sebagai ibu yang terlalu
berambisi, yang tak sayang dengan buah hati, dan terlalu egois memikirkan diri
sendiri,
Tapi jika dia
memilih untuk bahagia dengan pilihannya, orang lain bisa apa?
Seorang sarjana
yang lulus dari universitas ternama, yang berprestasi dengan nilai sempurna.
Tapi ia memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga, mengupayakan segala yang
terbaik untuk buah hatinya.
Dan dia memilih
untuk bahagia dengan statusnya, lalu orang lain bisa apa?
Wanita karir yang
selalu bangun pagi, menyiapkan sarapan dan MPASI sebelum berangakat mencari
rizki, berjibaku dengan jalanan macet dan pekerjaan yang menguras emosi, dan
mengupayakan pulang membawa cinta dalam beberapa botol ASI.
Tapi lagi lagi,
dia bahagia dengan perjuangannya, lalu orang lain bisa apa?
Seorang perempuan
yang berstatus janda, rela mengubur kebahagiaannya karena berjuang demi
anak-anaknya, dari brutalnya suami pelaku kekerasan rumahtangga.
Lalu.. dia
dipandang sinis sebagai pengancam keharmonisan keluarga tetangga.
Dan diapun,
memilih bahagia dalam sabarnya, lalu orang lain bisa apa?
Karena bahagia itu kita yang punya, apapun pilihan yang kita
ambil, kita berhak untuk bahagia.
Dan saat kita
memilih untuk bahagia, orang lain bisa apa?
Kita akan tetap
melangkah dengan pilihan hidup kita,
Dan mereka akan
tetap disana bersama penyakit hatinya.
Hari ini dan seterusnya, jangan pernah meninggalkan koper
kebahagiaan kita, kemanapun langkah kaki menentukan pilihannya :)
~ Fitrina Kamalia ~
*tulisan diatas diambil dari Akun Tumblr milik chuyakasim*. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar