Suatu ketika kau menceritakan bahwa kau sudah memiliki calon perempuanmu, seketika itu pula aku menarik nafas panjang sekali. Lalu kuhembuskan perlahan. Ada yang mencekat dileherku.
Sudah saatnya aku berhenti rupanya.
Sudah saatnya aku untuk memilih menetap dihati yang saat ini memilihku menjadi calon perempuannya.
Cerita kedua, ketika dengan semangatnya kau menceritakan tentang bagaimana proses yang harus kau lalui untuk menjadikannya perempuanmu, seketika itu aku tersentak. Aku terbangun dari harapanku. Harapanku untuk masuk menjadi calon perempuanmu.
Menceritakannya dengan begitu antusias, ada luka yang sedikit menggoresku. Aku bahagia, sekaligus terluka. Aku terlalu mahir menjadi secret admirermu rupanya. Atau, aku terlalu mendalami peranku sebagai sahabat yang diam-diam menyimpan rasa -- menurutku.
Aku membaca keseluruhan ceritamu. Memaksakan diri ikut berbahagia atas bahagiamu. Waktuku sudah habis rupanya. Sudah saatnya aku berhenti memainkan peranku. Sudah saatnya aku melepasmu, dan Sudah saatnya aku kembali pada hati yang terlampau dalam memilihku menjadi calon perempuannya-- sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar