Hey Mr. A
Mungkin tak
sepantasnya lagi aku menyebut namamu. Bukan karena tak ingin lagi kau ada dalam
kehidupanku, tapi.. (mungkin) sudah sepantasnyalah aku tidak lagi membiarkanmu
masuk kedalam kehidupanku.
Mr. A
Dulu, kita
pernah berdebat panjang lebar tentang jatuh cinta. Waktu itu, kau berpendapat
bahwa Jatuh Cinta dapat membuatmu menjadi seseorang yang bukan dirimu. Sedang
aku waktu itu dengan kokohnya
mengaminkan lagu ERK yang mengatakan Jatuh Cinta Itu Biasa Saja. Kita berdebat
tanpa ujung tentang bagaimana saat seseorang Jatuh Cinta. Bodoh memang, saat
itu kau sedang merasakan bagaimana nikmatnya sebuah rasa terhadap seseorang.
Sedang aku saat itu hanya sebatas tertarik terhadapmu.
Mr. A
Saat ini, aku
tidak lagi mengaminkan lagu milik ERK. Menurutku, lagu itu berdusta. Jatuh
cinta itu tidak biasa. Jatuh cinta itu luar biasa. Dan betul katamu dulu, kalau
seseorang yang sedang merasakan jatuh cinta dapat berubah menjadi seseorang
yang bukan dirinya.
Ternyata Lagu
ERK itu salah, Mr. A
Jatuh cinta itu
luar biasa. Bukan hal yang biasa saja. Jatuh cinta dapat mengubah duniamu.
Dapat menjadikanmu menjadi seseorang yang bodoh sekaligus cerdas dalam satu
waktu. Jatuh cinta itu dapat membuatmu selalu tersenyum, dan duniapun tersenyum
padamu. Jatuh cinta itu tidak biasa. Ia luar biasa.
Mr. A
Saat ini aku
sedang jatuh cinta. Aku sedang merasakan nikmatnya rasa yang dikaruniakan Tuhan
padaku. Dunia seakan tersenyum padaku. Semua hal seolah membahagiakan meskipun
sesungguhnya tidak seperti itu. Dunia seolah menjadi milikku ketika bersamanya.
Mr. A
Jika dulu aku
selalu menolak mengakui setiap rasaku terhadapmu juga terhadap seseorang
setelahmu. Kini, ntah kenapa dengan berani aku ungkapkan pada dunia bahwa aku
memiliki rasa padanya dan ingin bersamanya. Aku tak lagi takut dengan setumpuk
bayang masa lalu bersamamu. Bersamanya dapat membuatku bersyukur atas setiap
karunia Tuhan. Bersamanya hal yang dulu tak kulakukan bersamamu, dapat
kulakukan. Bersamanya tak adalagi cerita tentangmu. Dan saat ini Ia menjadi
alasanku tersenyum disetiap pagiku.
Mr. A
Mungkin sudah
seharusnya kita saling mengakhiri. Bukan mengakhiri silaturrahim kita. Tapi,
mengakhiri setiap rasa yang dulu pernah dan (mungkin) masih ada didalam hati
kita masing-masing. Aku meminta maaf untuk setiap janji yang masih belum mampu
kutepati bersamamu. Jika nanti aku diijinkan menepatinya, semoga kau tidak akan
mempermasalahkan seseorang yang bersamaku saat kita bertemu nantinya.
Aku berharap aku
tetap menjadi teman diskusi, sahabat dan juga Adikmu meskipun kita tidak dapat
berjalan bersama.
Suatu hari
nanti, kuharap aku masih bisa mendapatkan waktumu seraya menunggu terbenamnya
matahari ditempat favorit kita.